Jumat, 1 November 2024

Permudah Monitor Serangan Jantung, Ciptakan Smart Heart Monitor

Laporan oleh J. Totok Sumarno
Bagikan
Theo bersama timnya yang jug amenang di PIM ke 29 di IPB Bogor. Foto: Humas ITS Surabaya.

Tergelitik memberikan kemudahan bagi masyarakat untuk melakukan pemeriksaan jantung yang biasanya agar rumit, Theo Wiranadi Hendrata, mahasiswa jurusan Teknik Elektro ITS beserta ketiga rekannya menciptakan Smart Heart Monitor (SHM)

Smart Heart Monitor adalah alat untuk mendeteksi serangan jantung secara real-time, serta dapat langsung dilaporkan pada penggunanya melalui aplikasi android.

Karya inovatif bertajuk Smart Heart Monitor: Electrocardiogram Portabel Berbasis Raspberry Pi yang Terintegrasi Android sebagai Pendeteksi Kelelahan dan Pencegah Serangan Jantung tersebut berhasil meraih medali emas dan perak di Pekan Ilmiah Mahsiswa Nasional (Pimnas) 29 tahun 2016 di IPB Bogor.

Selama ini, kata Theo, sudah ada alat portabel yang berfungsi untuk memonitor sinyal jantung, namun hanya sebatas pada merekamnya saja. Dan itu biasanya hasil dari rekam itu dibaca oleh dokter. “Kemudian rekaman itu diberikan kepada dokter untuk dianalisa lebih lanjut,” kata Theo.

Menurut Theo hal itu tidak efektif karena indikasi serangan jantung tidak dapat dideteksi secara langsung. Desain SHM yang portable memungkinkan alat ini dapat memantau aktivitas jantung penggunanya setiap saat, ketika alat tersebut digunakan.

Artinya, ketika ada yang tidak beres dengan irama sinyal jantung, alat ini akan segera memberikan peringatan kepada penggunanya melalui aplikasi android.

Dengan kata lain, Smart Heart Monitor bekerja dengan cara menangkap sinyal jantung melalui tiga buah elektroda yang ditempelkan pada bagian dada. Kemudian sinyal tersebut akan diproses dan ditampilkan pada layar dalam bentuk gelombang.

“Dan jika ditemui indikasi serangan jantung dari tampilan gelombang ini, SHM akan segera mengirim peringatan pada penggunanya, melalui android yang digunakan,” papar mahasiswa Jurusan Teknik Elektro ITS ini.

Theo juga menjelaskan bahwa jantung setiap orang memiliki batas maksimal yang berbeda dalam bekerja, yang secara umum dipengaruhi oleh umur mereka. Oleh karena itu dibutuhkan semacam peringatan untuk membatasi aktivitas seseorang agar tidak sampai berlebihan, guna menghindari risiko serangan jantung.

Peringatan yang dimaksud akan diberikan apabila aktivitas jantung pengguna telah melebihi angka 80 persen dari batas maksimalnya. “Kalau sudah melebihi 80 persen batas maksimalnya, pengguna harus segera beristirahat,” tukas Theo.

Theo sangat menyayangkan sikap kebanyakan orang cenderung mengabaikan risiko serangan jantung. Padahal gejala terhadap penyakit ini sebenarnya dapat dideteksi dengan banyak cara, termasuk dengan menggunakan alat SHM ini.

Dengan alat ini, Theo berharap agar pengguna dapat lebih waspada dengan kondisi jantungnya. “Sehingga di masa depan, angka kematian karena serangan jantung dapat lebih ditekan,” pungkas Theo saat berbincang dengan suarasurabaya.net.(tok/rst)

Berita Terkait

Potret NetterSelengkapnya

Teriknya Jalan Embong Malang Beserta Kembang Tabebuya

Bunga Tabebuya Bermekaran di Merr

Kebakaran Pabrik Plastik di Kedamean Gresik

Surabaya
Jumat, 1 November 2024
27o
Kurs