Rabu, 15 Mei 2024
Peringati Hari Tuli Internasional

Ratusan PenyandangTuli Galang Tanda Tangan di Atas Spanduk Sepanjang 5 Meter

Laporan oleh Bruriy Susanto
Bagikan
Sebanyak 300 masyarakat penyandang tuli di Surabaya melakukan aksi tanda tangan petisi di acara car free day Jalan Raya Darmo. Foto: Brury suarasurabaya.net

Sebanyak 300 masyarakat penyandang tuli di Surabaya melakukan aksi tanda tangan petisi di acara car free day Jalan Raya Darmo, dalam rangka hari tuli internasional 2016, yang diperingati pada 29 September, Minggu (2/10/2016).

Dalam memperingati Hari Tuli Internasional, mereka melakukan interaksi langsung dengan masyarakat yang berjalan, meminta dukungan mengenai hak sejak lahir, identitas tuli, dengan menggunakan bisindo (bahasa isyarat Indonesia), dengan cara bertanda tangan di atas spanduk berukuran panjang 5 meter dengan lebar 1 meter.

Menurut Luciana Eka Prihatiningsih yang menerjemahkan keterangan dari Wawan seorang tuli, kalau aksi yang dilakukannya dalam Hari Tuli Internasional dengan tema bahasa isyarat yang sama. Artinya, bahasa isyarat yang digunakan itu juga bisa disetarakan dengan bahasa lainnya. Sebab, seorang penyandang tuli itu juga mempunyai identitas diri, dan tidak harus dikucilkan ataupun justru mendapat diskriminasi.

“Seperti dari pengakuan Wawan, kalau dirinya itu pernah mendapatkan diskriminasi di setiap perusahan. Contohnya mengenai gaji yang didapatnya (penyandang tuli, red) itu lebih kecil dibanding dengan yang lainnya (masyarakat normal, red),” kata Luciana Eka Prihatiningsih, yang menerjemahkan pengakuan Wawan seorang tuli, Minggu (2/10/2016).

Menurut dia, itu menunjukan ketidaksetaraan antara yang masyarakat biasa atau normal dengan yang orang penyandang tuli. Selain itu, juga muncul peraturan yang dibuat oleh masyarakat sendiri.

“Contohnya adalah mengenai pembuatan surat ijin mengendara (SIM), orang penyandang tuli tidak bisa mendapatkannya. Dengan alasannya, karena tidak bisa mendengar, seperti ada bunyi klakson diartikan tidak awas,” ujarnya.

Dengan adanya kegiatan melakukan petisi yang dilakukannya itu, mereka berharap masyarakat umum itu paham dan mengerti mengenai hak tuli, identitas tuli, budaya tuli itu seperti apa.

“Untuk itu, dengan kegiatan ini mereka ingin menunjukan kalau mampu melakukan komunikasi dengan baik, menggunakan bahasa isyarat. Kalau bahasanya itu juga bisa setara dengan bahasa umum,” ujarnya. (bry/dwi)

Berita Terkait

..
Potret NetterSelengkapnya

Massa Hari Buruh Berkumpul di Frontage Ahmad Yani

Motor Tabrak Pikap di Jalur Mobil Suramadu

Mobil Tertimpa Pohon di Darmo Harapan

Surabaya
Rabu, 15 Mei 2024
31o
Kurs