Community and Technological (CommTECH) Camp kembali hadir digelar ITS Surabaya untuk kali yang ketujuh, dan dipusatkan di kampus ITS Surabaya.
Gelaran International Office (IO) atau Direktorat Hubungan Internasional Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) ini mengajak 45 peserta dari 17 negara, membahas Smart City dan Sustainable Water Development di Surabaya.
Acara yang dijadwalkan berlangsung hingga 25 Juli ini dibuka secara resmi oleh Rektor ITS, Prof Ir Joni Hermana MSc ES PhD di Rektorat ITS.
Joni mengungkapkan, CommTECH selalu hadir dengan tema yang berbeda tiap kali diadakan. Namun, ia menjelaskan semua kegiatan CommTECH selalu fokus pada penyelesaian masalah-masalah, khususnya yang terdapat di Surabaya.
CommTECH kali ini, lanjut Joni kepada peserta diberi dua pilihan courses, yakni mengenai pengembangan smart city dan pengembangan air berkelanjutan di Surabaya.
“Kedua topik ini dipilih karena baik pengolahan air maupun pengembangan smart city di Surabaya merupakan topik yang urgent di Surabaya saat ini,” terang Joni.
Mengapa dua hal itu pentig dibahas, karena menurut Joni ketersediaan air di Pulau Jawa sudah hampir mencapai titik kritis, yakni dengan rasio hanya 0,4 persen. Selain itu, Pulau Jawa khususnya Kota Surabaya juga mulai kesulitan menampung air yang masuk.
“Hal ini dikarenakan pengalihan fungsi lahan dan pendangkalan tempat penampungan air seperti waduk,” tambah Joni.
Untuk itu, menurut guru besar Teknik Lingkungan ini, diperlukan suatu solusi agar air yang masuk selama musim hujan dapat ditampung, supaya di musim kemarau tidak kekeringan.
Begitu pula ketika musim penghujan, diperlukan solusi agar air yang telah ditampung dapat memenuhi kebutuhan air selama musim panas.
Sementara itu, ditambahkan Dr Maria Anityasari Direktur Hubungan Internasional ITS, nantinya selama 14 hari peserta akan diajak terjun langsung ke kampong-kampung dan pelosok Kota Surabaya untuk melihat pengolahan air yang telah ada serta mendiskusikan solusi untuk menyelesaikan permasalahan air di Surabaya.
“Satu diantaranya adalah tentang kontrol jumlah air baik. Pada saat musim penghujan maupun kondisi pada saat musim kemarau,” kata Maria.
Selain aspek kuantitas, juga menekankan aspek kualitas untuk dipertimbangkan. Untuk itu, monitoring pengolahan air di Surabaya menjadi hal yang penting.
Di Surabaya saat ini, jumlah SDM dari Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya masih belum sebanding dengan kebutuhan monitoring untuk kualitas air di Surabaya.
“Untuk itulah penting untuk diadakan pengembangan smart city yang nantinya akan memudahkan monitoring dengan memperbaiki sistem dan memanajemen sistem yang ada dengan berbagai inovasi,” tambah Maria.
Setelah program usai, lanjut Maria, nantinya ke-45 peserta akan mempresentasikan kegiatan dan solusi mereka selama CommTECH kepada Pemerintah Kota Surabaya.
“Presentasi tersebut akan menjadi masukan bagi pemerintah kota Surabaya untuk memperbaiki permasalahan mengenai pemanfaatan air dan smart city di Surabaya,” papar Maria.
Selain topik smart city maupun sustainable water development, peserta juga akan diajak untuk mempelajari budaya di Indonesia. Seperti belajar Bahasa Indonesia, permainan tradisional Indonesia, sampai menikmati keindahan alam Indonesia di Gunung Bromo nantinya.
Jacquelline Alessandria R Villa, peserta dari Filipina mengungkapkan bahwa ia mengetahui program CommTECH ini dari profesornya. Karena tertarik dengan kegiatan yang ditawarkan CommTECH akhirnya ia memutuskan untuk mengikuti kegiatan ini.
“Saya ingin bertukar pikiran dan ide dengan peserta dari negara lain,” kata mahasiswi University of Philippines ini.
Sedangkan Siyu Luo, peserta asal Tiongkok yang menginginkan mempelajari budaya di Indonesia, mengungkapkan tertarik untuk mengenal kebudayaan masyarakat Indonesia, khususnya Surabaya. “Dan tentunya bisa menambah teman dari negara lain juga nantinya,” pungkas Siyu Luo.(tok)
NOW ON AIR SSFM 100
