Rabu, 17 April 2024

Sambut Syawal, Warga Mlambong Gelar Upacara Arak-arakan Sapi Perah

Laporan oleh Muchlis Fadjarudin
Bagikan
Warga Mlambong memperingati bulan Syawal yang bersamaan dengan hari raya Idul Fitri dengan cara mengarak Sapi Perah yang juga sebagai hewan ternaknya. Foto: Faiz suarasurabaya.net

Bulan Syawal, selain memperingati hari raya Idul Fitri yang identik dengan memasak opor, ternyata ada peringatan khusus yang dilakukan oleh warga Mlambong, Desa Seruni, Kecamatan Musuk, Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah.

Mereka memperingati bulan Syawal yang bersamaan dengan hari raya Idul Fitri dengan cara mengarak sapi perah yang juga sebagai hewan ternaknya.

Sekadar diketahui, warga dukuh Mlambong yang berada di lereng gunung Merapi ini, sebagian besar beternak sapi perah, sehingga ekonomi mereka mengandalkan Jual beli Sapi maupun menjual susu sapi.

Lokasi dukuh Mlambong ini berjarak sekitar 25 kilometer dari Kota Klaten maupun Boyolali ke arah Gunung Merapi.

Suhar satu diantara ketua RT di dukuh Mlambong, Desa Seruni mengatakan kalau upacara Bakdo Kupat dengan mengarak sapi perah ini telah berlangsung dari sesepuh atau nenek moyang mereka.

“Wah ini sudah sejak dulu nenek moyang warga sini mas. Jadi tidak tahu kapan pertama kali dilakukan. Yang jelas sudah turun temurun,” ujar Suhar saat akan melakukan prosesi arak-arakan sapi perah di dukuh Mlambong, Minggu (2/7/2017).

Kegiatan Bakdo Kupat ( sebutan Ketupat untuk orang Jawa) dengan mengarak sapi perah ini dilakukan setiap tanggal 7 Syawal. Diawali dengan memukul kentongan sebagai tanda setiap warga di tiap-tiap Rukun Tetangga (RT) berkumpul di rumah ketua RT nya masing-masing untuk melakukan kenduri dan doa. Kenduri ini dimulai pada pukul 06.00 WIB.

“Warga yang sudah menyiapkan makanan untuk kenduri kita panggil untuk berkumpul dengan cara memukul kentongan. Jadi tiap-tiap ketua RT memukul kentongan,” kata dia.

Kata Suhar, tiap-tiap warga membawa makanan berupa ketupat dan sayur-sayuran. Setelah berkumpul, kemudian seorang memimpin doa untuk keberkahan warga yang tinggal disitu. Wargapun kemudian memakan makanan yang mereka bawa saat kenduri dan beberapa bahkan saling tukar makanan.

Suhar menjelaskan, selain “Bakdo Kupat” (lebaran ketupat), warga juga menyebut sebagai “Bakdo Sapi” (lebaran Sapi)

“Kita sebut Bakdo Sapi karena sapi perah inilah yang memberi rejeki untuk warga, sehingga, warga juga harus menyenangkan sapi-sapi yang mereka pelihara,” kata Suhar.

Menurut dia, setelah Kenduri selesai, tiba saatnya warga seluruh desa/Kelurahan Seruni mengeluarkan sapi-sapi ternak mereka dan mengarak di jalan. Beberapa sapi bahkan ada yang dikalungi ketupat. Saat diarak, sapi-sapi tersebut juga diberi makan ketupat yang sudah mengalungi di lehernya.

Kata Suhar, selain untuk menyenangkan sapi, ketupat yang hari ini mereka buat, juga disuguhkan untuk para tamu yang berlebaran atau datang ke rumah.

“Kupat setelah diarak dengan Sapi, bisa disuguhkan ke tamu. Rasanya bisa gurih ataupun asin,” kata Suhar.

Arak-arakan sapi perah semakin meriah karena warga sekitar pada keluar semua untuk melihat dan mengambil foto. Bahkan untuk warga yang tidak mempunyai sapi, maka kambing pun juga mereka keluarkan di jalanan.

Proses arak-arakan sapi ini berakhir setelah mereka selesai menyusuri jalan di dukuh Mlambong. sapi pun kembali ke kandangnya masing-masing.(faz/dwi)

Berita Terkait

Potret NetterSelengkapnya

Motor Tabrak Pikap di Jalur Mobil Suramadu

Mobil Tertimpa Pohon di Darmo Harapan

Pagi-Pagi Terjebak Macet di Simpang PBI

Surabaya
Rabu, 17 April 2024
28o
Kurs