Sabtu, 5 Oktober 2024

Gandeng Pelajar Difabel Lahirkan Fashion Torehan

Laporan oleh J. Totok Sumarno
Bagikan
Dio saat memperhatikan pelajar difabel menuangkan kreasinya diatas kanvas. Foto: Istimewa

Gandeng pelajar difabel, Rizki Ramadityo Wicaksono, alumni Desain Komunikasi Visual (DKV) Universitas Kristen (UK) Petra Surabaya hasilkan karya fashion baru bertajuk: Torehan.

Karya-karya yang merupakan bagian dari art theraphy ini, selanjutnya oleh Rizki Ramadityo Wicaksono dijadikan bagian penting atau bahan dasar produk fashion perdana dengan brand: Kulle.

Karya ini merupakan bagian tugas akhir dengan judul: Perancangan Komunikasi Visual Promosi Produk Fashion Kulle yang dikerjakan oleh Dio sapaan Rizki Ramadityo Wicaksono.

Hingga hari ini, Dio masih konsisten mengembangkan karya orisinalnya tersebut secara komersial hingga ke luar negeri. Satu diantara beberapa negara luar negeri yang menerima karya Dio ini adalah negara Korea.

“Adik-adik difabel ini memang punya kebutuhan khusus diantaranya berkaitan dengan motorik, dan kegiatan ini ikut mengembangkan kreatifitas adik-adik difabel. Berdampak positif serta meningkatkan keterampilan mereka juga,” terang Dio, Selasa (18/9/2018).

Untuk sebuah t-shirt sablon, Dio mematok harga Rp 175.000/pc, dan harga termahal untuk produk kreatifitas karyanya bersama pelajar difabel ini dibandrol sekitar Rp 2.500.000/pc dalam bentuk jas.

“Harga tersebut termasuk 35% bagian donasi yang akan diberikan kepada pelajar difabel dengan mengikut sertakan mereka ke kelas khusus dengan mengundang tenaga ahli dibidang seni rupa,” tambah Dio.

Saat ini, Dio bekerjasama dengan sekitar 5 anak difabel yang berada di Yayasan Pendidikan Anak Cacat (YPAC) Surabaya. Kepada 5 pelajar ini, Dio memberikan kebebasan berekspresi melalui karya seni rupa.

Yang menarik, saat ke 5 pelajar difabel ini menuangkan ekspresinya, Dio memutarkan komposisi-komposisi musik klasik sebagai bagian untuk memberikan ketenangan pada pikiran mereka.

“Harapan kami mereka ini mampu menyalurkan emosi mereka pada saat menghadapi kanvas sekaligus mendengarkan komposisi-komposisi musik klasik tersebut. Dan torehan adalah penyaluran emosi mereka,” kata Dio.

Oleh Dio, torehan para pelajar difabel tersebut diolah sedemikian rupa menjadi motif-motif tertentu atau pattern yang berbentuk susunan garis, ruang dan bentuk, yang kemudian diaplikasikannya menjadi bagian dari fashion item.

Kepada awak media, Dio menampilkan sekitar 8 koleksi pakaian dengan menggunakan pattern torehan, dengan ukuran atau size: S, M, L, XL dan all size. Sengaja dipilih warna biru untuk mengaksentuasikan keagungan.

“Tentunya kami berharap apa yang kami berikan dan hasilkan brand Kulle memberikan dampak positif bagi masyarakat. Tidak hanya bagi adik-adik difabel ini saja,” papar Dio.

Sementara itu, Kulle sendiri menurut Dio adalah bahasa Makasar yang bermakna: bisa. “Ini sangat cocok untuk mengekspresikan bahwa siapapun bisa menghasilkan karya. Dan karena ini proyek social enterpreneurship yang melibatkan difabel, semoga bermanfaat,” pungkas Dio.(tok/ipg)

Berita Terkait

..
Potret NetterSelengkapnya

Kebakaran Pabrik Plastik di Kedamean Gresik

Kecelakaan Mobil Box di KM 12 Tol Waru-Gunungsari

Pipa PDAM Bocor, Lalu Lintas di Jalan Wonokromo Macet

Surabaya
Sabtu, 5 Oktober 2024
34o
Kurs