Jumat, 26 April 2024

Kurikulum untuk Orang Tua

Laporan oleh Iping Supingah
Bagikan
Ilustrasi

Tidak ada sekolah untuk menjadi orang tua. Saat keluarga sudah terbentuk, unit terkecil dari masyarakat ini menjalankan 8 fungsi agar menjadi tempat bernaung yang aman, nyaman dan menyenangkan bagi seluruh anggotanya.

Pelaksanaan fungsi keluarga menjadi upaya membangun tumbuh kembang dan pembentukan karakter anak agar berkualitas. Namun, dalam menjalankan fungsinya, keluarga dalam hal ini orang tua belum memiliki panduan. Hal ini dapat dimaklumi karena untuk menjadi orang tua, relatif tidak ada persiapan khusus yang dilakukan.

Selain itu, orang tua juga memiliki fungsi untuk melindungi anak-anak dari berbagai macam ancaman yang datang pada masa kini seperti penyalahgunaan narkoba, pornografi, kekerasan dan lainnya yang dapat merusak masa depan anak.

Orang tua diharapkan dapat membentengi anak-anak dari ancaman tersebut. Oleh karena itu, Direktorat Pembinaan Pendidikan Keluarga melalui Subdit Pendidikan Orang Tua mengembangkan sumber belajar pendidikan orang tua yang dapat dijadikan rujukan bagi orang tua dalam pengasuhan dan pendidikan anak di rumah.

Penyusunan bahan ajar pendidikan orang tua 2018 melibatkan akademisi, penggiat pendidikan keluarga dan beberapa pihak yang berkompetensi di bidang pengasuhan dan pendidikan.

Dr. Sukiman, M.Pd, Direktur Pembinaan Pendidikan Keluarga, mengatakan bahwa sesuai arahan Presiden Jokowi terkait pendidikan merata untuk seluruh masyarakat Indonesia, pemerintah harus membidik sasaran tertentu untuk mencapai kemerataan tersebut.

Dalam hal ini, untuk tahun 2018 sasaran orang tua yang dituju yakni masyarakat menengah kebawah dan orang tua dengan tingkat pendidikan SMP.

“Alasan memilih sasaran tersebut karena untuk menengah atas sudah banyak informasi pengasuhan yang mereka dapat. Mereka bias membeli buku atau mencari lewat internet. Karena itu, bahan ajar yang disusun fokus untuk menengah kebawah dengan latar belakang yang berbeda-beda,” kata Dr. Sukiman, M.Pd. seperti dikutip dari laman sahabatkeluarga.kemdikbud.go.id.

Sukiman juga berpesan agar dalam penggunaan kalimat pada buku-buku tersebut dibuat ringan dibaca, sarat makna dan lebih banyak ilustrasi gambar. “Yang terpenting, jangan menambah kosa kata orang tua dan membuat bingung. Sampaikan pesan dengan sedikit kata, tapi tujuan utamanya tersampaikan,” ujarnya.

Setelah bahan ajar berupa buku tersebut jadi, perlu dipikirkan kembali pendistribusian buku agar sampai ke sasaran yang dimaksud.

“Pemerintah sudah memfasilitasi pengiriman buku hibah ke daerah-daerah gratis dengan jasa kantor pos setiap bulan di tanggal 17. Manfaatkan fasilitas tersebut agar bahan ajar yang sudah dibuat bisa diterima untuk masyarakat di seluruh penjuru Indonesia,” kata dia.

Hingga saat ini, Direktorat Pembinaan Pendidikan Keluarga sudah mengeluarkan lebih dari 20 buku panduan orang tua yang dapat diunduh pada laman Sahabat Keluarga atau tautan berikut https://sahabatkeluarga.kemdikbud.go.id/laman/index.php?r=buku/index .(ipg)

Berita Terkait

Potret NetterSelengkapnya

Motor Tabrak Pikap di Jalur Mobil Suramadu

Mobil Tertimpa Pohon di Darmo Harapan

Pagi-Pagi Terjebak Macet di Simpang PBI

Surabaya
Jumat, 26 April 2024
26o
Kurs