Sabtu, 20 April 2024

Penetapan Awal Puasa Ramadhan, NU Menunggu Hasil Rukyat

Laporan oleh Jose Asmanu
Bagikan
Ilustrasi. Foto: Antara

Pengurus Besar Nahdatul Ulama (PBNU), akan menetapkan awal puasa Ramadhan 1439, setelah melakukan rukyatul hilal atau melihat bulan sabit.

Namun NU menghormati maklumat Pengurus Pusat (PP) Muhammadiyah, yang telah mengumumkan awal puasa Ramadhan 1439 H, yakni Kamis, 17 Mei 2018.

Ketetapan itu merujuk pada hasil perhitungan astronomi atau hisab yang menjadi pedomani Majelis Tarjih dan Tajdid, PP Muhammadiyah menetapkan awal puasa maupun hari besar Islam.

Berdasarkan maklumat itu, 1 Syawal atau hari Idul Fitri 2018 jatuh pada Jumat, 15 Juni. Kemudian 1 Zulhijah tahun ini bertepatan dengan hari Senin, 13 Agustus. Dengan demikian, Hari Arafah atau 9 Zulhijah jatuh pada hari Selasa, 21 Agustus dan Idul Adha 10 Zulhijah, hari Rabu, 22 Agustus.

KH Said Aqil Siroj Ketua Umum PBNU, mengatakan untuk menetapkan awal puasa, Idul Fitri dan Idul Adha, PBNU merujuk pada metode hisab dan rukyat. Sama dengan rujukan pemerintah dan ormas Islam lain di luar Muhammadiyah.

Rujukan NU dan Muhammadiyah ini, sama-sama mempunyai dasar hukum yang kuat. Sebab itu tidak perlu diperdebatkan.

Aqil berharap tahun ini tidak ada perbedaan dalam menetapkan awal Ramadhan dan Hari Raya.

Haedar Nashir Ketua Umum PP Muhammadiyah mengatakan, penetapan 1 Ramadan lebih awal itu agar dapat menjadi panduan bagi warga Muhammadiyah.

Panduan itu penting bagi warga Muhammadiyah untuk menyambut bulan suci Ramadhan 1439 Hijriyah dan hari besar Islam yang lain.

Muhammadiyah sendiri dikenal mengeluarkan penetapan awal puasa, hari Idul Fitri dan Idul Adha mendahului keputusan pemerintah. Alasannya, Muhammadiyah memiliki metode tersendiri dalam menetapkan hari besar keagamaan yaitu dengan perhitungan pasti ilmu astronomi atau falak.

Sedang pemerintah menetapkan hari besar keagamaan Islam setelah melakukan sidang isbat atau penetapan yang diikuti sejumlah ormas dan perwakilan instansi, termasuk Muhammadiyah.

Sidang isbat mempertimbangkan hasil perhitungan hisab dan juga menggunakan metode melihat bulan (rukyat). Keduanya dipadukan untuk menjadi landasan penetapan hari besar Islam. (jos/ang/ipg)

Berita Terkait

Potret NetterSelengkapnya

Motor Tabrak Pikap di Jalur Mobil Suramadu

Mobil Tertimpa Pohon di Darmo Harapan

Pagi-Pagi Terjebak Macet di Simpang PBI

Surabaya
Sabtu, 20 April 2024
28o
Kurs