Jumat, 3 Mei 2024

Capaian 33 Hari Pertama Khofifah-Emil

Laporan oleh Denza Perdana
Bagikan
Khofifah Indar Parawansa Gubernur dan Emil Elestianto Dardak dan Wakil Gubernur Jawa Timur. Foto: dok suarasurabaya.net

Pemerintahan Khofifah Indar Parawansa dan Emil Elestianto Dardak sudah memasuki 33 hari kedua sebagai bagian dari program 99 hari pertama Gubernur dan Wakil Gubernur Jawa Timur.

Lantas apa saja capaian di 33 hari pertama kepemimpinan mereka di Jawa Timur?

Emil Elestianto Dardak Wagub Jatim mengklaim, semua program pada 33 hari pertama sudah terlaksana. Kini mereka melanjutkan program yang ditargetkan tercapai pada 33 hari kedua.

“33 hari pertama, Alhamdulillah, semua terlaksana. Seperti MoU dengan pengusaha di wilayah DAS Brantas, Adopsi Sungai Wilayah DAS Brantas, kemudian Kopilaborasi pertama dengan organisasi-organisasi pemuda,” ujarnya di Gedung Negara Grahadi beberapa waktu lalu.

Penandatanganan Memorandum of Understanding (MoU) dengan pelaku usaha di wilayah DAS Brantas sebenarnya merupakan bagian dari Program Adopsi Sungai Brantas sebagai perwujudan dari beberapa program Nawa Bhakti Satya.

Program Adopsi Sungai Brantas ini adalah turunan dari Bhakti Jatim Agro, Jatim Sehat, dan Jatim Harmoni dalam Nawa Bhakti Satya, yang tujuannya untuk mengembalikan sungai sebagai sumber kehidupan.

MoU dengan pelaku usaha di wilayah DAS Brantas bertujuan untuk mewujudkan lingkungan industri bersih berkelanjutan di wilayah sungai demi menjaga keberlanjutan sungai DAS Brantas. Pelaksanaan MoU ini memang diprioritaskan di 33 hari pertama.

Selain MoU dengan pengusaha, ada dua langkah kerja yang menjadi prioritas Adopsi Sungai Brantas pada 33 hari pertama, yakni “99 Jembatan Sepanjang Sungai Brantas Bebas Popok” dan pengadaan “99 Kontainer Sampah di Sepanjang Sungai Brantas”.

Dua langkah kerja itu, dalam kesempatan wawancara beberapa waktu, belum sempat dijelaskan oleh Emil.

Program lain yang disebutkan Emil adalah Kopilaborasi, yakni sarana interaksi Pemprov Jatim dengan warga secara terbuka dalam format informal yang diharapkan menjadi bagian dari perwujudan Complaint Handling System.

“Kami sudah melakukan komunikasi dengan organisasi-organisasi pemuda di Jawa Timur sambil mengenalkan jenis-jenis kopi dari berbagai wilayah di Jawa Timur,” ujarnya.

Pada 33 hari pertama ini, Emil juga mengatakan, dia dan Khofifah sedang mematangkan program Tis-Tas yang terdiri dari Pendidikan Gratis dan Berkualitas (Kantistas) dan Kesehatan Gratis dan Berkualitas (Tantiastas).

“Juga PKH plus kepada lansia, kemudian yang menjadi bagian dari Bhakti Jatim Berkah, yakni pencairan tunjangan kehormatan kepada imam masjid, amir masjid, dan hafiz hafizah di Jawa Timur,” ujarnya.

Berkaitan dengan Kantistas, program Bantuan Operasional Sekolah Daerah (Bosda) untuk Madrasah Diniyah (Madin) sampai S2. “Itu adalah bagian-bagian dari 33 hari pertama yang sudah kami lakukan,” katanya.

Seiring pelaksanaan program-program itu, Khofifah-Emil sedang menuntaskan penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Pemprov Jatim. Pada 8 April mendatang, Pemprov Jatim akan menjaring aspirasi warga melalui Musyawarah Rencana Pembangunan (Musrenbang).

“Ini bagian dari tahapan RPJMD, kami akan menggali sebanyak-banyaknya aspirasi dari Kabupaten/Kota untuk kemudian kami integrasikan dalam Musrenbang Provinsi,” katanya.

Pada 33 hari pertama, yang tidak sempat dijelaskan Emil, ada program Support Olahraga dan Atlet (Sport) berupa pemberian beasiswa dan jaminan kesejahteraan bagi para pelaku olahraga di Jawa Timur.

Pada awal-awal kepemimpinan Khofifah-Emil, sejumlah atlet yang berprestasi seperti Timnas U-22 yang menjadi juara Piala AFF 2019 telah mendapatkan penghargaan berupa bonus dari Pemprov Jatim.

Ada pula program Kampung Siaga Bencana (KSB) Berbasis Budaya (Berdaya) yang juga belum disinggung Emil. Pada 33 hari pertama ini, Khofifah-Emil menargetkan pemetaan budaya di kampung rawan bencana.

Selain itu, mereka juga berkomitmen melakukan perumusan manual penanggulangan bencana, serta penyediaan informasi kebencanaan sesuai kearifan lokal budaya setempat. Juga inventarisasi kajian kebencanaan daerah rawan bencana agar menjadi rekomendasi pengambilan kebijakan.

Berkaitan dengan program tersebut, ada program Karang Taruna Siaga Bencana berbasis budaya (Kencana Berdaya) yang mana pada 33 hari pertama Pemprov akan melakukan bimbingan teknis kepada karang taruna se-Jatim, terutama di daerah rawan bencana.

“Kami tidak bisa mengatakan, program apa yang tersisa, karena dalam 99 hari pertama ini semua harus fokus, semuanya harus berjalan. Misalnya Big Data dan Milenial Job Center yang terus kami matangkan, juga pemberdayaan kawasan selatan,” ujarnya.

Untuk yang terakhir dia sebutkan, pada masa 33 hari kedua ini, terutama Emil yang mendapat tugas mengawal pemberdayaan kawasan selatan ini, terus terjun ke lokasi untuk bertemu semua stakeholder di wilayah selatan Jawa Timur.

“Kami terus berupaya mematangkan pemberdayaan wilayah selatan Jawa Timur ini agar bisa segera terwujud,” katanya.(den/dwi)

Berita Terkait

..
Potret NetterSelengkapnya

Massa Hari Buruh Berkumpul di Frontage Ahmad Yani

Motor Tabrak Pikap di Jalur Mobil Suramadu

Mobil Tertimpa Pohon di Darmo Harapan

Surabaya
Jumat, 3 Mei 2024
30o
Kurs