Sabtu, 20 April 2024

Dioksin di Tropodo Baru Bisa Hilang dari Tanah Secara Alami Setelah 50 Tahun

Laporan oleh Agung Hari Baskoro
Bagikan
Prof. Sarwoko Mangkoedihardjo Ahli Teknologi Lingkungan ITS. Foto: Baskoro suarasurabaya.net

Dioksin, zat berbahaya yang timbul akibat pembakaran sampah plastik di Desa Tropodo, Kabupaten Sidoarjo baru bisa hilang setelah 50 tahun.

Prof. Sarwoko Mangkoedihardjo Ahli Teknologi Lingkungan ITS mengatakan, angka ini merujuk pada temuan jumlah konsentrasi dioksin di dalam tanah di desa itu.

“Konsentrasi di tanah berapa, kalau misalnya 100/200 picogram. Saya baca di (penelitian, red) Ecoton, 200 picogram (konsentrasi dioksin dalam telur yang diteliti, red), kalau mencapai standar jadi 10, itu sekitar 5 x 10 tahun, 50 tahun,” ujar Prof. Sarwoko ketika ditemui di Departemen Teknik Lingkungan ITS, Surabaya pada Kamis (28/11/2019).

Selama proses alamiah penghilangan dioksin dari tanah, masyarakat diimbaunya untuk tidak mengonsumsi dan mendekatkan rantai makanan dengan tanah.

“Paling gampang, jauhkan mata rantai itu dari dioksin. Ayam misalkan, kandangkan. Itu efektif, meskipun 1000 picogram di dalam tanah kalau gak ada ayam makan, no problem,” katanya.

Ia juga meminta masyarakat tidak mengonsumsi tanaman yang tumbuh di atas tanah tercemar dioksin.

“Kalau ada tumbuhan yang dikonsumsi (tumbuh di tanah desa Tropodo, red), sebaiknya jangan (dikonsumsi, red), karena itu mata rantai makanan penyebaran dioksin. Katakanlah ada bayam, itu mengandung dioksin, ayamnya makan, ayamnya kena juga, itu istilahnya bioaugmentasi. Ada peningkatan konsentrasi dari mata rantai makanan,” jelas Prof. Sarwoko.

Seperti diketahui, pada Selasa (26/11/2019) Saiful Illah Bupati Sidoarjo mengeluarkan sikap melarang penggunaan limbah plastik impor sebagai bahan bakar industri Tahu di Desa Tropodo, Kabupaten Sidoarjo. Ia menegaskan, jika ada industri yang melanggar, ia mengatakan, akan memberi sanksi berupa penutupan.

Sedangkan, Desa Bangun, Kabupaten Mojokerto yang juga disorot karena menjadi tempat pengolahan sampah plastik impor, hingga saat ini belum ada pernyataan resmi dari pemerintah setempat. “Anjuran saya seluruh, tidak hanya di lokal (Desa Tropodo, red) itu,” kata Prof. Sarwoko. (bas/dwi)

Berita Terkait

Potret NetterSelengkapnya

Motor Tabrak Pikap di Jalur Mobil Suramadu

Mobil Tertimpa Pohon di Darmo Harapan

Pagi-Pagi Terjebak Macet di Simpang PBI

Surabaya
Sabtu, 20 April 2024
31o
Kurs