Jumat, 19 April 2024

Gelar Karya 2019, Bagikan Manfaat Bagi Masyarakat

Laporan oleh J. Totok Sumarno
Bagikan
Satu diantara kegiatan dalam Gelar Karya 2019 oleh LPPM UKWMS. Foto: Istimewa

Menjadi pengajar, guru atau dosen tugas utamanya mencerdasakan generasi penerus bangsa, dan itu tak cukup hanya disampaikan dalam bentuk makalah atau tulisan saja. Dibutuhkan inovasi, perancangan dan sarana agar pengetahuan yang dimiliki bisa tersampaikan tak hanya kepada anak didik, tetapi juga ke masyarakat luas.

Memegang teguh Tri Dharma Perguruan Tinggi, satu diantaranya adalah pengabdian kepada masyarakat, Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya (LPPM UKWMS), Gelar Karya 2019 (GK 2019). Pelaksanaan Gelar Karya 2019 kali ini bertema: Knowledge Crafting.

Pada GK 2019 kali ini, beberapa model acara disuguhkan dalam rangka mengakomodir kebutuhan masyarakat. Diantaranya Lokakarya Fotografi Produk yang disampaikan oleh Lukas Surjaatmaja, S.Ak., MA; Pembuatan Emulgel untuk Pereda Nyeri oleh Farida Lanawati Darsono, S.Si., M.Sc., dari Fakultas Farmasi UKWMS; dan Lokakarya Guru dan Relawan PAUD oleh Brigita Puridawaty, S.Psi., M.Pd., selaku Kaprodi PG-PAUD.

Melalui lokakarya ini, para peserta bisa langsung praktik dari ilmu baru yang mereka dapatkan. Selain itu, adapula Seminar dengan pembicara utama adalah peneliti yang berhasil dalam mencapai unggulan karya yang menarik; kemudian Talkshow Startup dengan tema Sharpening Your Business Creativity; serta Pameran Poster Penelitian Dosen.

Lydia Ari MM Ketua Pelaksana Gelar Karya 2019 menyampaikan bahwa pengetahuan selayaknya memang harus ditampilkan dengan bentuk nyata agar mudah dipahami dan pada akhirnya memberikan manfaat.

“Pengetahuan itu harus disampaikan dan dibuat dalam bentuk nyata dan berkolaborasi melalui tangan-tangan terampil agar pada akhirnya bermanfaat bagi kesejahteraan bersama. Ini penting dipahami,” terang Lydia Ari, MM.

Sebagai tambahan kegiatan pada talkshow dihadirkan empat pembicara yakni Aditya Tanjung sebagai pemilik dan pendiri Energeek the Egovernment Solution; Gerardo Laksono sebagai pemilik Amigo.idea dan Goodbox; Rafli Egy Wijaya selaku CEO Dodolo.id; dan Anbiya Nawfal pengusaha kreatif yang juga pendiri Serasa Creative.

Hartono Pranjoto Ph.D., Ketua LPPM UKWMS menyampaikan dalam sambutannya berharap agar kegiatan ini nantinya memberikan inspirasi sekaligus memberikan stimulan bagi mahasiswa memiliki semangat menjalankan bisnis.

“Semoga kita semua dapat terinspirasi dari anak muda yang bersemangat untuk menjalankan bisnis. Juga kepada para mahasiswa,” ujar Hartono. Talkshow yang dimoderatori Yuliasti Ika Handayani, S.E., M.M. dari Fakultas Bisnis UKWMS, langsung mengajak keempat narasumber menceritakan perjuangan dalam membangun bisnisnya.

Gerardo Laksono yang terinspirasi sang mantan pacar yang memintanya untuk menghadiahi sebuah make up box (kotak tata rias). Menurutnya, harga make up box di pasaran terbilang mahal dan monoton, sehingga ia mencoba untuk mendesain sendiri.

Tak disangka, inilah awal bisnis milik alumni Fakultas Kedokteran UKWMS ini berkembang. Terciptalah Amigo Idea, usaha custom make up box sebagai produk unggulan dan banyak diminati, bahkan kini sudah melakukan ekspor hingga ke berbagai negara di Asia.

Berlanjut ke Anbiya Nawfal, pemuda berusia 19 tahun yang mendirikan Creative Agency bernama Serasa Creative bersama tiga temannya. Bermula dari SMA, kepiawaiannya dalam berorganisasi dan menjalankan sebuah event, membuatnya terpilih menjadi ketua panitia pentas seni.

Semenjak itu Anbiya Nawfal berpikir untuk membuat bisnis creative agency dengan konsep yang lebih menarik. Meminjam modal dari orang tua dilakukannya agar dapat bersaing dengan creative agency lainnya yang sudah lebih dulu berdiri.

Selanjutnya, Rafli Egy yang dulunya memiliki kedai mochi maco di Malang, saat semua kedainya harus ditutup karena kas miliknya habis, Rafli pun memutar otak untuk membangkitkan bisnisnya kembali.

Dodolo.id tercetus karena idenya untuk memasarkan mochi maco miliknya ketempat lain di daerah Jawa, sehingga Rafli hanya perlu menyuplai barang saja.

“Melalui dodolo.id, semua orang dapat berjualan tanpa harus memiliki toko dan cukup online saja,” jelas Rafli. Kini selain mochi maco, ada beragam produk makanan yang dipasarkan secara langsung dengan cara reseller (menjual kembali).

Sedangkan usaha Aditya Tanjung yang bergerak di bidang e-government atau solusi teknologi di pemerintahan, mengawali bisnisnya saat masih berkuliah semester lima. Berjuang sendiri mendatangi kantor-kantor untuk bekerja sama; tanpa relasi, modal nekat serta keberanian, Aditya pun mendapat kepercayaan untuk mengerjakan proyek e-government milik Pemerintah Kota Surabaya.

Di bagian akhir, para pembicara memberikan motivasi kepada para peserta dan segenap mahasiswa yang hadir untuk tidak takut dan segera memulai bisnis dengan perencanaan yang matang.(tok/dwi)

Berita Terkait

Potret NetterSelengkapnya

Motor Tabrak Pikap di Jalur Mobil Suramadu

Mobil Tertimpa Pohon di Darmo Harapan

Pagi-Pagi Terjebak Macet di Simpang PBI

Surabaya
Jumat, 19 April 2024
32o
Kurs