Jumat, 1 November 2024

Polisi Periksa 41 Tersangka Ricuh 22 Mei Diduga Berafiliasi ISIS

Laporan oleh Ika Suryani Syarief
Bagikan
Polisi mengamankan pria berkaos merah di Petamburan, Jakarta Barat, Rabu (22/5/2019) pagi. Foto: Faiz/Dok. suarasurabaya.net

Kepolisian Republik Indonesia tengah memeriksa keterangan 41 tersangka pelaku ricuh 22 Mei 2019 yang diduga berafiliasi dengan kelompok teroris ISIS.

“Sampai dengan hari ini masih 41 tersangka yang sedang dimintai keterangan aparat,” ujar Brigadir Jendral Polisi Dedi Prasetyo Kepala Biro Penerangan Masyarakat Polri di Jakarta, Sabtu (25/5/2019).

Hingga saat ini, Polri melalui Densus 88 tetap melakukan upaya pencegahan agar pelaku teror tidak memanfaatkan momentum di bulan suci Ramadhan.

Mabes Polri menduga kelompok tertentu yang berafiliasi dengan ISIS menunggangi aksi massa damai pada 21-22 Mei 2019 di depan Kantor Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu).

Irjen Mohammad Iqbal Kepala Divisi Humas Polri saat jumpa pers di Media Center Kemenko Polhukam, Kamis (23/5/2019), mengatakan telah memperoleh informasi dari hasil penangkapan terhadap dua tersangka warga luar Jakarta.

Mereka yang tertangkap merupakan bagian kelompok Gerakan Reformis Islam (Garis) yang pernah menyatakan sebagai pendukung ISIS.

Berdasarkan keterangan kedua tersangka itu, lanjut Iqbal, mereka memang berniat untuk “jihad” pada unjuk rasa pada 21-22 Mei.

Iqbal menambahkan, kelompok Garis merupakan salah satu perusuh aksi damai di depan Bawaslu. Artinya, mereka bukan bagian dari massa spontanitas.

Kemudian, Polri menyita sebuah ambulans milik kelompok Gerakan Reformis Islam (Garis) yang ditemukan terparkir di belakang Kantor Bawaslu RI, Jakarta, pada Rabu, 22 Mei 2019.

Ambulans itu diketahui berisi uang dan sejumlah busur panah dan bambu runcing. Namun, pihaknya tidak menyebut nominal uang yang disita dari ambulans tersebut.

Sebelumnya, Polri melalui Densus 88 menangkap 31 terduga teroris selama bulan Mei 2019.

Total keseluruhan terduga teroris yang ditangkap sejak Januari 2019 sebanyak 70 tersangka.

Teroris tersebut berasal dari jaringan yang berbeda, di antaranya yaitu Mujahidin Indonesia Timur, Jamaah Ansharut Daulah (JAD) Lampung, JAD Bekasi, JAD Jawa Tengah, JAD Sibolga, dan jaringan Fikih Abu Hamzah.

Semua jaringan itu memiliki satu target yang sama, yaitu dalam waktu dekat akan meledakkan bom di depan Gedung Komisi Pemilihan Umum (KPU) pada 22 Mei 2019.(ant/iss/rst)

Berita Terkait

Potret NetterSelengkapnya

Teriknya Jalan Embong Malang Beserta Kembang Tabebuya

Bunga Tabebuya Bermekaran di Merr

Kebakaran Pabrik Plastik di Kedamean Gresik

Surabaya
Jumat, 1 November 2024
27o
Kurs