Proyek pengerjaan box culvert ditemukan masih banyak yang mangkrak meski sudah memasuki musim hujan. Hal ini disampaikan Baktiono Ketua Komisi C DPRD Kota Surabaya usai pihaknya melakukan sidak di beberapa titik di Surabaya.
Ia mengatakan, banyak beton yang akhirnya hanya ditumpuk-tumpuk di pinggir jalan dan mengganggu pengendara yang lewat.
Meskipun ada pengerjaan, namun skalanya sangat kecil yakni dikerjakan hanya sekitar 4 pekerja. Dengan jumlah pekerja yang sedikit dan alat-alat berat yang dibutuhkan, ia khawatir proyek pemasangan box culvert tidak akan selesai pada akhir tahun 2019.
“Masa tenggang untuk penyelesaian anggaran pengerjaan itu sampai akhir Desember. Banyak box culvert yang ditumpuk di pinggir jalan dan aktivitas pengerjaan tidak ada. Adapun skalanya sangat kecil. Maka kami khawatir sampai akhir Desember ini mangkrak dan belum tuntas,” kata Baktiono kepada Radio Suara Surabaya, Selasa (3/12/2019).
Beberapa wilayah yang ditemukan pengerjaan box culvert yang mangkrak diantaranya di Sitodopo Wetan. Disana, pengerjaan sudah hampir setengah tahun terbengkalai dan akhirnya menghambat arus lalu lintas.
“Di Sidopoto Wetan kelihatan mangkrak hampir setengah tahun dan arusnya sampai ke utara, sampai Kecamatan Semampir. Kalau ini belum selesai, air hujan dari sana bakal tidak lancar,” lanjutnya.
Hal yang sama juga terjadi di Kedungdoro. Menurut Baktiono, pihaknya sudah menyarankan agar pengerjaan dikebut selama 24 jam. Ini bertujuan agar pengerjaan segera cepat selesai, menambah lapangan pekerjaan, sekaligus sesuai dengan penyerapan anggaran tahun 2019.
Begitu juga pengerjaan yang ada di Mayjend Sungkono, tepatnya di depan Hotel Shangri-La. Pengerjaan box culvert mangkrak setelah tembok hotel roboh pada 23 Oktober lalu hingga menimbulkan dua korban tertimbun reruntuhan.
Saat ini, kasus hukum masih berjalan. Namun hal ini berdampak dengan pengerjaan yang terhenti dan di sekitar lokasi hanya dipasang garis polisi.
“Tembok hotel kan ambruk sampai ada korban. Sekarang sudah masuk ke ranah hukum. Kita juga khawatir. Tapi masalah pengerjaan kan harus terus (berjalan),” imbuh Baktiono.
Apalagi, kawasan tersebut tergolong jalanan menurun, terlebih adanya jalur underpass di sekitaran bundaran Satelit. Maka dikhawatirkan jika hujan deras datang, kendaraan bisa tergenang karena potensi air terus mengalir ke bawah underpass dan sekitarnya.
“Kan jalan itu menurun, kalau hujan mendadak deras, mobil-mobil tadi bisa tenggelam karena airnya tidak lancar disitu. Kami berharap dari Pemkot Surabaya bisa berkoordinasi dengan Polrestabes. Kalau memang ada hambatan (dari kontraktor), kendalanya apa. Anggarannya sudah ada, sudah menang tender, setelah dihitung (anggaran) juga cukup,” ujarnya.
Ke depan, ia akan mempertegas untuk dipasangnya banner besar dekat pengerjaan proyek. Seperti keterangan kontraktor yang mengerjakan sekaligus target selesai pengerjaan. Sehingga, masyarakat mengetahui pihak mana yang melakukan pengerjaan dan kapan pengerjaan itu dapat diselesaikan. Menurutnya, hal tersebut belum dilakukan semua kontraktor.(tin/dwi)