Jumat, 1 November 2024

PVMBG: 19 Kali Kegempaan Letusan Terjadi di Gunung Anak Krakatau

Laporan oleh Anggi Widya Permani
Bagikan
Ilustrasi Gunung Anak Krakatau. Foto: Antara

Gunung Anak Krakatau di Selat Sunda, Kabupaten Lampung Selatan, Provinsi Lampung, mengalami 19 kali kegempaan letusan sepanjang Sabtu (5/1/2019) sore hingga tengah malam.

Menurut Windi Cahya Untung, Staf Kementerian ESDM, Badan Geologi, Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Pos Pengamatan Gunung Anak Krakatau, pada periode pengamatan 5 Januari 2019, pukul 18.00 WIB sampai dengan 24.00 WIB, secara visual gunung kabut 0-III. Asap kawah tidak teramati dan tidak terdengar suara dentuman.

Dilansir Antara, Minggu (6/1/2019), aktivitas kegempaan letusan terjadi sebanyak 19 kali, amplitudo 20-24 mm, durasi 51-121 detik. Embusan sebanyak 6 kali, amplitudo 12-14 mm, durasi 35-42 detik. Tremor Menerus (Microtremor) terekam dengan amplitudo 2-17 mm (dominan 8 mm).

Sepanjang pengamatan, cuaca cerah dan mendung. Angin bertiup lemah ke arah timur laut dan timur. Suhu udara 27-29 derajat Celsius dan kelembapan udara 71-79 persen.

Data tersebut diambil dari Stasiun Sertung di Selat Sunda, dekat Gunung Anak Krakatau.

Kesimpulannya tingkat aktivitas Gunung Anak Krakatau Level III (Siaga), sehingga direkomendasikan masyarakat atau wisatawan tidak diperbolehkan mendekati kawah dalam radius 5 km dari kawah.

Sebelumnya, PVMBG Badan Geologi Kementerian ESDM menyampaikan pula sejak pagi hingga Sabtu (5/1/2019) siang, Gunung Anak Krakatau mengalami 24 kali kegempaan letusan, 4 kali kegempaan embusan, dan terjadi tremor menerus.

Ia menyebutkan pada periode pengamatan 5 Januari 2019, pukul 06.00 sampai dengan 12.00 WIB, Gunung Anak Krakatau tercatat mengalami Kegempaan Letusan sebanyak 24 kali, amplitudo 18-25 mm, durasi 52-114 detik.

Embusan 4 kali, amplitudo 18-22 mm, durasi 46-110 detik. Kemudian tremor menerus (Microtremor) terekam dengan amplitudo 2-17 mm (dominan 7 mm).

Gunung api di dalam laut itu, kini ketinggiannya menyusut dari semula 338 meter dari permukaan laut (mdpl) menjadi 110 mdpl atau telah berkurang sebagian tubuhnya longsor ke laut, sehingga diduga memicu tsunami Selat Sunda pada Sabtu (22/12/2018) akhir pekan lalu. (ant/ang/rst)

Berita Terkait

Potret NetterSelengkapnya

Teriknya Jalan Embong Malang Beserta Kembang Tabebuya

Bunga Tabebuya Bermekaran di Merr

Kebakaran Pabrik Plastik di Kedamean Gresik

Surabaya
Jumat, 1 November 2024
27o
Kurs