Rabu, 15 Mei 2024
Ramadan Muram Keluarga Pedagang Daging Ayam (5)

Berdamai dengan Diagnosis Tak Terduga

Laporan oleh Denza Perdana
Bagikan
Ilustrasi. Grafis : Purnama suarasurabaya.net

Sejak masuk ruang isolasi, hanya sekali saja Rina berkomunikasi dengan Budi, suaminya, lewat pesan WhatsApp. Suaminya meminta dibawakan perlak (underpad) dan popok diaper. Dia antar kebutuhan suaminya itu ke rumah sakit tanpa bertemu.

Pihak rumah sakit lumayan aktif mengabarkan kondisi suaminya yang sudah dirawat sejak 22 Mei. Minggu malam 24 Mei, masih dalam suasana Hari Raya Idul Fitri 1441 Hijriah, dokter ahli paru yang menangani suaminya menelepon.

Malam itu, tingkat oksigen suaminya di bawah normal. Dia tidak pernah menyangka, suaminya yang datang ke rumah sakit dengan keluhan pusing karena riwayat vertigo, batuk ringan, dan diare, harus mendapatkan bantuan oksigen.

Senin siang 25 Mei, dia mendapat kiriman foto dari teman-teman suaminya yang telah melakukan panggilan video dalam rangka silaturahmi, saling mengucapkan Selamat Idul Fitri dan bermaaf-maafan. Foto itu bikin Rina mengelus dada.

“Aku baru tahu kalau suamiku sudah pakai masker oksigen dari foto kiriman teman suamiku pas mereka video call-an. Jelas kaget. Waktu tak antar cuma pusing, tahu-tahu sudah pakai masker oksigen,” ujarnya.

Ternyata masker oksigen tidak membuat kondisi suaminya membaik. Senin menjelang dini hari, dokter yang menangani suami Rina menelepon. Budi harus menjalani perawatan di ruang Intensif Care Unit (ICU). Tapi saat itu ICU sedang penuh.

Selasa siang 26 Mei, dokter kembali menelepon, ruang ICU sudah tersedia, dan Budi sudah dipindahkan untuk mendapat perawatan lebih intensif. Kondisi fisiknya terus menurun. Sementara hasil tes PCR sejak di IGD belum juga keluar.

“Dokter yang menangani bilang, pas suamiku pakai masker oksigen dengan konsentrasi tinggi kondisinya malah tidak stabil. Untuk hasil swab-nya, karena libur lebaran, baru dikerjakan hari Selasa itu,” katanya kepada suarasurabaya.net.

Dokter paru yang menangani Budi terus mengabarkan perkembangan kondisi suaminya. Sampai akhirnya Kamis 28 Mei, dokter paru itu mengabarkan, kondisi suaminya yang makin tidak stabil mengharuskan pemasangan ventilator.

Seiring kabar tentang kondisi suaminya, dokter spesialis paru itu juga memberitahukan rincian biaya setiap tindakan terhadap suaminya. Mulai dari biaya perawatan di ICU, sampai pemasangan ventilator.

“Perawatan di ICU itu setiap harinya Rp1 juta. Lalu ventilator itu, setiap harinya Rp20 juta. Saya enggak tahu berapa total biaya yang harus saya bayarkan. Rumah sakit tidak pernah bilang apa seluruhnya atau sebagiannya,” katanya.

Seperti yang pernah disampaikan dokter jaga IGD ketika suaminya pertama kali masuk di rumah sakit swasta di Kecamatan Tambaksari itu, pasien Covid-19 tidak bisa ditangani sebagai pasien BPJS Kesehatan.

Petugas administrasi rumah sakit bilang, penentuan status pasien bergantung triase dokter. Selanjutnya dia tidak pernah mendapat kabar lagi, apakah suaminya ditangani sebagai pasien BPJS atau umum.

Rincian biaya yang disampaikan dokter ahli paru itu membuat Rina yang disiplin tidak keluar rumah kecuali mendesak, seperti mengantarkan perlak dan diaper untuk suaminya, semakin dilanda kecemasan.

Seperti diketahui, sejak ayah mertuanya dirawat di Rumah Sakit Universitas Airlangga pada 23 April, dia dan suaminya sudah memutuskan, untuk sementara tidak berjualan daging ayam di Pasar Balongsari.

Sudah sebulan lebih pasangan suami istri yang belum dikaruniai anak itu tidak mendapat pemasukan. Jangan ditanya bagaimana keuangan mereka. Beruntung, masih ada temannya yang peduli.

“Sejak suamiku masuk rumah sakit, ada temanku yang baik banget. Dia tawarkan mengirim makanan setiap hari ke rumah. Aku sangat terbantu. Jadi aku ini memang sudah sangat jarang keluar rumah,” ujarnya.

Selama di rumah saja, Rina hanya bisa berharap yang terbaik untuk suaminya dan dirinya. Sampai akhirnya tiba hari itu. Jumat malam 29 Mei. Waktu menunjukkan hampir tengah malam. Hasil tes PCR Budi keluar.

Sekali lagi Rina menghadapi situasi yang tidak dia duga. Suaminya ternyata terkonfirmasi positif Covid-19. Keyakinannya bahwa suaminya tidak akan terjangkit Covid-19 seketika runtuh.

Belum lagi dia dapati kenyataan, aturan rumah sakit tentang pasien Covid-19 yang disampaikan dokter jaga IGD tetap berlaku. Keluarga pasien Covid-19 harus tetap membayar biaya perawatan pasien.(den/iss/rst)

Daftar artikel “Ramadan Muram Keluarga Pedagang Daging Ayam”:

  1. Corona Merenggut Orang Tua Mereka
  2. Terjangkit Covid di Pabrik Biskuit
  3. Mencari Kesembuhan di Tengah Pandemi
  4. Berhadapan dengan Aturan Rumah Sakit
  5. Berdamai dengan Diagnosis Tak Terduga
  6. Sudah Jatuh Hampir Tertimpa Tangga
Berita Terkait

Corona Merenggut Orang Tua Mereka

Terjangkit Covid di Pabrik Biskuit

Mencari Kesembuhan di Tengah Pandemi

Berhadapan dengan Aturan Rumah Sakit

Sudah Jatuh Hampir Tertimpa Tangga


Potret NetterSelengkapnya

Massa Hari Buruh Berkumpul di Frontage Ahmad Yani

Motor Tabrak Pikap di Jalur Mobil Suramadu

Mobil Tertimpa Pohon di Darmo Harapan

Kurs
Exit mobile version