Teguh Tri Susanto Kasi Data dan Informasi Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Klas 1 Juanda, menjelaskan faktor penyebab suhu di Surabaya cenderung lebih panas dari biasanya karena musim kemarau segera berakhir.
Paling tidak sudah dua pekan terakhir ini Kota Surabaya dilanda panas menyengat dengan suhu 33-36 derajat celcius.
Menurut Teguh, fase sekarang masuk dalam transisi perpindahan dari musim kemarau ke musim hujan. Mulai terbentuknya awan menengah. Pembentukan awan menengah ini biasanya mulai muncul pada sore hingga malam hari.
“Awan menengah ini menyebabkan suhu di permukaan akan menjadi lebih sumuk (gerah) atau panas,” kata dia di Surabaya, Jumat (25/9/2020).
Kata Teguh, mulai terbentuknya awan menengah itu dapat memengaruhi pantulan radiasi matahari. Radiasi matahari yang dipantulkan bumi, akan terhalang awan menengah tersebut. Sehingga radiasi matahari tersebut kembali memantul ke bumi, dan membuat cuaca menjadi lebih panas menyengat.
“Karena radiasi matahari yang di bumi akan dipancarkan kembali (ke langit), itu akan kembali lagi ke bumi (kena pantulan awan). Jadi mekanismenya seperti itu,” ujat Teguh.
Kondisi ini, lanjut Teguh, tidak akan berlangsung lama. Sebab, BMKG Juanda memprediksi pada Oktober sudah mulai transisi musim kemarau ke musim penghujan. Kemudian pada November, Surabaya akan memasuki awal musim penghujan.
“Sebenarnya kita masih memasuki musim penghujan untuk masa transisi itu di bulan Oktober. Awal musim penghujan kalau di Surabaya didominasi November minggu ke dua atau tiga,” ujarnya. (bid/tin)