Jumat, 29 Maret 2024

Hasil Riset Guru Besar UK Petra Soal Retorika dan Budaya Komunikasi: Jangan Ikutan Nyinyir!

Laporan oleh J. Totok Sumarno
Bagikan
Prof. Dr. Samuel Gunawan, M.A. Guru Besar bidang Ilmu Sastra (dan Bahasa) Inggris. Foto: humas UK Petra

Dua Guru Besar Universitas Kristen (UK) Petra Surabaya lakukan riset masing-masing tentang retorika dan budaya komunikasi, serta riset soal pemanfaatan sampah tanaman penghijauan kota sebagai Biodiesel, dan memanfaatkan kotoran ternak sebagai Biogas. Riset kontekstual kini dan masa depan.

Mengambil fokus riset pada retorika dan budaya komunikasi (rhetoric and communication arts), Prof. Dr. Samuel Gunawan, M.A., asal Surakarta ini memperoleh gelar Profesor dalam Bidang Ilmu Sastra (dan Bahasa) Inggris pada Fakultas Bahasa dan Sastra UK Petra.

“Syukur kepada Allah jika saya mendapatkan kehormatan tertinggi seorang dosen sebagai Profesor. Semua boleh terjadi karena kasih kemurahan Allah yang melayakkan saya untuk meraih jabatan fungsional akademik ini,” terang Prof. Dr. Samuel Gunawan, M.A.

Menurut Samuel, retorika dan narasi positif-konstruktif kepemimpinan mempunyai peran penting untuk pencerahan dan kemajuan hidup berbangsa-bernegara.

“Sebab tanpa kita sadari atau tidak, saat ini kita berada di tengah-tengah gencarnya pemakaian retorika dan narasi negatif-destruktif di banyak lini kehidupan sehari-hari kita,” kata Samuel.

Seperti muncul fenomena ujaran kebencian, nyinyir, perundungan dan bahkan berita bohong (hoax). Lalu apa yang harus kita lakukan?

“Kita harus secara sadar diri mulai memakai retorika dan narasi positif-konstruktif kepemimpinan agar kita ikut berkontribusi pada pencerahan dan kemajuan hidup berbangsa-bernegara. Jangan ikut-ikutan nyinyir,” katanya.

Retorika dan narasi tidak sekedar dilihat sebagai bidang ilmu teknis yang menempa keterampilan komunikasi akan tetapi juga bisa sebagai medium untuk membentuk pribadi orang.

“Misalnya saja jika kita terus-terusan mendengar hal yang negatif saat pemimpin mengungkapkan ujaran kebencian maka tak jarang akan tertanam dalam pikiran kita. Hal ini maka berpotensi menumbuh-kembangkan kekerasan di kemudian hari,” ujar Samuel yang pernah melaksanakan studinya di Amerika.

Menjadi seorang Profesor tidak membuat Samuel berpuas diri. Ada banyak yang akan ia dedikasikan pada kampus maupun bangsa dan negara.

“Saya akan terus membimbing mahasiswa serta tak lupa juga mendorong para dosen muda untuk mengurus jabatan akademiknya agar meningkat,” pungkas Samuel.

Sementara itu, Prof. Dr. Willyanto menjadi Profesor dalam bidang ilmu Teknik Mesin, berdasarkan surat keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia nomor 4156/M/KP/2020.

Willyanto saat ini menjabat sebagai Ketua program studi Teknik Mesin, Kepala Program Otomotif, dan Kepala Pusat Studi Sustainable Energy Universitas Kristen (UK) Petra Surabaya.

“Puji Tuhan terhitung sejak 1 Maret 2020 kenaikan jabatan akademik menjadi Profesor dikabulkan oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI. Terima kasih untuk support selama ini dari semuanya baik itu keluarga, teman, hingga promotor saya,” kata Willyanto.

Sejauh ini dia telah mendapatkan 7 grant dari luar UK Petra baik dari Indonesia maupun Internasional, 8 Patent Granted, 38 Paper terpublikasi pada jurnal internasional dan internasional conference bereputasi, 46 kegiatan sebagai Scientific Committe dan reviewer pada international conference dan Jurnal Internasional bereputasi pada 10 tahun terakhir.

Willyanto mengambil konsentrasi di bidang Sustainable Energy, khususnya Energy yang terbuat dari sampah (limbah) dan bersifat renewable. Fokus risetnya berjudul: Mengungkap Prospek Sampah menjadi Energi Ramah Lingkungan sebagai Solusi Kemandirian Energi di Indonesia. Willyanto meneliti baik itu bahan bakar padat (Bio Briket), bahan bakar cair (Biodiesel) hingga bahan bakar gas (Biogas).

Satu diantara Biobriket yang diteliti yaitu Pemanfaatan Sampah Tanaman Penghijauan Kota (Daun Angsana/ Pterocarpus indicus) dan Sampah Buah Pepaya Sebagai Biobriket. Dari hasil pengujiannya, biobriket yang terbuat dari 95% limbah daun angsana dan 5% limbah pepaya memiliki nilai kalori tertinggi.

“Limbah pepaya cukup 5 persen saja sebagai pengikatnya agar bahan bakar dapat terbakar dengan sempurna. Jika terlalu banyak kadarnya maka hasilnya tidak optimal,” kata Willyanto yang pernah menempuh studi di Belanda dan Inggris serta melakukan riset di Inggris dan Jepang.

Tidak hanya itu, untuk bahan bakar cair Willyanto meneliti mengenai Pemanfaatan Sampah Tanaman Penghijauan Kota (Buah Cerbera manghas) sebagai Biodiesel sedangkan untuk Biogas, Willyanto meneliti mengenai Pemanfaatan Sampah Kotoran Ternak sebagai Biogas.

Berdasarkan riset ini, Willyanto mengungkapkan bahwa sampah yang ada selama ini bisa dijadikan energi alternatif ramah lingkungan. “Asalkan pengelolaannya tepat maka ini bisa menjadi solusi kemandirian energi di Indonesia. Sebab jika tidak kita pikirkan maka cepat atau lambat kita akan mengalami krisis energi,” pungkas Willyanto yang memulai karir sebagai dosen sejak 1998 itu.(tok/den)

Berita Terkait

Potret NetterSelengkapnya

Kecelakaan Mobil Porsche Seruduk Livina di Tol Porong

Mobil Tertimpa Pohon di Darmo Harapan

Pagi-Pagi Terjebak Macet di Simpang PBI

Surabaya
Jumat, 29 Maret 2024
30o
Kurs