Jumat, 19 April 2024

Ini Alasan Mengapa Memilih Berobat ke Luar daripada di Dalam Negeri

Laporan oleh Denza Perdana
Bagikan
Ilustrasi perawat. Foto: Keypath Education

Sejumlah pendengar Radio Suara Surabaya menyampaikan beragam alasan kenapa mereka lebih memilih berobat ke luar negeri daripada memanfaatkan layanan kesehatan yang ada di Tanah Air.

Mulai dari fasilitas yang lebih memadai, biaya yang lebih murah, sampai pelayanan dan informasi yang lebih lengkap, transparan, dan lebih ramah pengguna.

Masukan para pendengar dan pengakses Suara Surabaya Media itu akan menjadi masukan berharga supaya Kota Pahlawan bisa mengembangkan Wisata Medis.

Joseph Joan Pendengar Radio Suara Surabaya yang tinggal di Citraland secara terbuka menyampaikan alasan kenapa dia lebih memilih berobat ke luar negeri, dalam hal ini ke Penang, Malaysia, daripada ke rumah sakit yang ada di Surabaya atau Jakarta.

“Saya sharing kenapa saya lebih memilih berobat ke Penang daripada Surabaya atau Jakarta,” ujarnya dalam tulisan yang dikirim via WhatsApp saat Program Wawasan Radio Suara Surabaya, Senin (20/9/2021).

Dia bagikan pengalaman ketika membutuhkan layanan endoskopi. Dia sempat menempuh pelayanan medis di salah satu rumah sakit besar yang cukup terkenal di Surabaya lalu dia bandingkan layanan yang sama dengan di Penang, Malaysia.

“Endoskopi di rumah sakit besar sangat terkenal, swasta, di Surabaya, dengan bius total dan menginap satu malam saya diminta untuk siap dana antara Rp25 juta-Rp40 juta. Sedangkan di rumah sakit Penang saya habis cuma Rp13 juta, itu termasuk tiket pesawat PP (pergi-pulang), akomodasi, makan, taksi, dan jalan-jalan selama dua hari untuk dua orang,” katanya.

Joseph menyampaikan pengalaman lainnya. Yakni ketika dia mengupayakan pengobatan terbaik untuk ayahnya yang sedang mengalami kanker ginjal. Dia bandingkan biaya terapi dan biaya obat-obatan yang harus dia keluarkan baik di RS di Jakarta dengan di Penang.

“Biaya beli obat kemoterapi per botol di Jakarta itu Rp55 juta. Sedangkan di Penang cuma Rp22 juta. Sebelumnya di salah satu RS besar di Jakarta Barat diagnosanya cuma perlu tindakan untuk masalah pembengkakan prostat. Saya bawa ke Penang langsung ketahuan, itu kanker ginjal sudah stadium 3B,” katanya.

Tidak hanya itu, Joseph juga menceritakan bagaimana ketika dia mengupayakan pengobatan untuk anaknya hingga ke dua rumah sakit besar dan terkenal di Jakarta Selatan dan Tangerang. Di dua rumah sakit itu, anaknya didiagnosa mengalami TBC. Padahal semua tes laboratorium hasilnya negatif.

“Saya bawa ke Penang, hasil diagnosanya, anak saya mengalami stres sehingga tangannya selalu berkeringat,” ujarnya.

Joseph sendiri mengaku pernah mengalami salah diagnosa. Dia berobat ke dua rumah sakit besar di Jakarta Barat dan Selatan. Dokter mendiagnosa dirinya mengalami masalah jantung. Dia minum obat yang disarankan tetapi tidak ada perbaikan kondisi kesehatan.

“Saya ke Penang, ternyata saya terkena gerd atau masalah di lambung,” katanya. “Salah diagnosa, mahalnya biaya berobat, komunikasi dokter dan pasien yang buruk. Itu hal-hal yang perlu diperbaiki di Indonesia. Di Penang, kami merasa diperhatikan dan dihargai sebagai pasien, padahal biaya yang kami keluarkan jauh lebih hemat.”

Selain Joseph, pendengar lain juga menyampaikan pengalamannya. Andreas Yuswanto yang tinggal di kawasan Kebraon mengatakan, banyak orang berobat ke luar negeri karena di sana mereka bisa mengeklaimkan asuransi kesehatan yang sudah mereka bayar setiap bulan atau setiap tahun.

“Mereka ke luar negeri itu untuk mengklaim asuransinya yang selama ini sudah dibayar setiap bulan atau tahun dengan dolar dan sebagainya. Ketika mereka merasa kurang enak badan, mereka lebih memilih berobat ke luar negeri. Kalau bisa diklaim ke luar negeri kenapa harus di sini? Kan, pikirannya akhrinya kebalik begitu,” ujarnya.

Sementara, Joni Susanto pengakses SS Media yang tinggal di kawasan Jemursari berpendapat, sebenarnya tenaga medis di dalam negeri saat ini sudah sangat memadai. Artinya, kualitas tenaga medis di Tanah Air sudah cukup setara dengan di luar.

“Kalau tahun 60-an dulu, tenaga medis kita masih meragukan. Makanya banyak yang berobat ke luar negeri. Sekarang kualitas kita sudah cukup bagus. Hanya saja, yang menarik orang kita berobat ke luar negeri sekarang ini administrasinya (di luar negeri) yang bagus,” ujarnya.

Satu masukan lagi dari Iko Sukma Handriadianto Air Medevac Operator Representatif Hadid Aviation Indonesia saat mengudara di hari yang sama. Salah satu yang dia soroti adalah informasi dan promosi tentang teknologi kedokteran dan pelayanan rumah sakit.

“Ini sebenarnya tinggal bagaimana rumah sakit di Surabaya meningkatkan semua informasi (promosi) tentang teknologi kedokteran dan pelayanan rumah sakit, sehingga bisa setara dengan mereka (luar negeri). Kalau dokternya, kan, sudah canggih-canggih. Rumah sakitnya bagus-bagus,” katanya.(den)

Berita Terkait

Potret NetterSelengkapnya

Motor Tabrak Pikap di Jalur Mobil Suramadu

Mobil Tertimpa Pohon di Darmo Harapan

Pagi-Pagi Terjebak Macet di Simpang PBI

Surabaya
Jumat, 19 April 2024
29o
Kurs