Senin, 22 Desember 2025

Kepala Daerah Perlu Dengarkan Curhatan Anak Seperti Ini

Laporan oleh J. Totok Sumarno
Bagikan
ilustrasi-anak-anak Ilustrasi. Anak-anak bermain menggunakan masker. Foto: Pixabay

Anak-anak mengeluhkan tentang belajar daring yang membuat mereka bosan dan kesulitan dalam kegiatan virtual Mendengar Menjawab Suara Anak (MMSA) 2021, Kamis (19/8/2021). Keluhan datang, terutama dari anak-anak penyandang tunanetra yang sulit menerima materi via dokumen atau PDF.

Aryo salah seorang siswa sekolah dasar (SD) di Bangkalan mengaku kesulitan karena gurunya lebih banyak memberikan tugas daripada mengajar. “Pak, Buk, kami minta tolong agar guru-guru kami selalu diingatkan untuk memantau pelajaran, jangan hanya memberi tugas saja,” kata Aryo.

Ada pula suara anak tentang hambatan fasilitas dan jaringan internet selama menjalani pembelajaran jarak jauh atau secara dalam jaringan (daring/online). Juga tidak adanya lokasi bermain anak ketika pandemi ini belum rampung, fenomena pernikahan anak ketika pandemi, dan meningkatnya kekerasan seksual terhadap anak.

Pada acara MMSA 2021 itu Emil Elestianto Dardak Wakil Gubernur Jatim diwakili Andriyanto Kepala Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak, dan Kependudukan Provinsi Jawa Timur (DP3AK) menilai bahwa anak-anak menunjukkan sebuah kegalauan, kegelisahan, dan stres di tengah kondisi pandemi dan pembelajaran daring.

Andriyanto menjadi ingat saat dirinya kecil, ada kegembiraan ketika mereka naik kelas, dapat hadiah, atau punya sepatu baru. Tetapi kini anak-anak tidak lagi merasakan. Menurutnya, interaksi dengan guru itu penting. Seperti dengan mendengar dan tertawa ketika guru bercerita.

Menurut Andriyanto data dari Kementerian PPA RI menunjukkan, 36 persen atau 3 dari 10 anak yang didampingi orang tua dalam belajar daring. “Untuk itu, curhatan dari adik-adik kami mendengar, jangan khawatir,” ujar Andriyanto.

Dia mengakui, kondisi ini memang menyesakkan. Di Surabaya saja ada sebanyak 1.600-an anak yang mendadak yatim atau piatu karena Covid-19. “Ini membuat kita semua prihatin,” kata Andriyanto.

Selain Andriyanto, hadir pula Suhartatik Kepala Bidang Pembinaan Guru dan Tenaga Kependidikan (GTK) Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur. Lalu Ipuk Fiestiandani Bupati Banyuwangi diwakili oleh Henik Setyorini Plt. Kepala Dinas Sosial, Pemberdayaan Perempuan Anak dan Keluarga Berencana Kabupaten Banyuwangi.

Acara Mendengar dan Menjawab Suara Anak (MMSA) 2021 yang digelar Akatara Jurnalis Sahabat Anak (JSA) didukung Unicef kali ini benar-benar diperuntukkan bagi anak-anak. Untuk itulah dalam konsepnya, para kepala daerah atau pejabat tidak memberikan paparan atau pidato. Mereka lebih banyak mendengar dan mencatat apa yang dirasakan anak-anak ini.

Lalu, para kepala daerah menanggapinya sebagai respon atas suara anak. Anak-anak juga menunjukkan kreasi mereka dalam menyuarakan isi pikiran dan isi hati mereka. Kemasan kreatif khas anak-anak membuat suasana lebih semarak dan gembira, tanpa melupakan etika dan kesopanan.

Anak-anak telah melakukan persiapan untuk mengemas penyampaian suara mereka secara kreatif semenjak 7 Agustus 2021. Mereka menyusun beragam sesi dan tahapan, termasuk tema yang mereka sampaikan.

Dari seluruh rangkaian curahan hati dan pikiran manusia berusia di bawah 18 tahun ini, diharapkan para kepala daerah bisa menjadikannya sebagai bahan pertimbangan dalam kebijakan menyangkut hak anak, terutama di masa pandemi.(tok/tin/den)

Berita Terkait

Potret NetterSelengkapnya

Perpaduan Macet dan Banjir di Kawasan Banyuurip-Simo

Banjir Menggenangi Sidosermo 4

Kecelakaan Bus Vs Truk Gandeng di Jembatan Suramadu

Perpaduan Hujan dan Macet di Jalan Ahmad Yani

Surabaya
Senin, 22 Desember 2025
24o
Kurs