Rabu, 22 Mei 2024

Ludruk Radio Mengasah Imajinasi Theater of Mind Sebelum Manggung

Laporan oleh J. Totok Sumarno
Bagikan
Pentas monolog dimainkan Meimura menutup tahun 2018, berkisah tentang kegelisahan sosok penari Remo sekaligus pemain Ludruk. Foto: Totok/Dok. suarasurabaya.net

Kesenian Ludruk yang dimainkan lewat radio ditegaskan Meimura aktor dan sutradara punya peran penting melatih imajinasi dan penciptaan theater of mind bagi aktor sebelum tampil di atas panggung.

“Karena disadari atau tidak saat tampil untuk radio, seorang pemain Ludruk harus mampu berimajinasi. Bayangkan saja kalau misalnya naskah menghendaki pemain berdialog di atas gunung. Maka pemain harus memahami dan mendialogkan naskah seakan sedang berada di ketinggian gunung. Itu butuh kemampuan berimajinasi,” kata Meimura pada suarasurabaya.net dalam rangka “World Radio Day 2021”, Sabtu (13/2/2021).

Demikian juga saat lakon Ludruk mengharuskan sebuah perkelahian antara pemeran, lanjut Mei sapaan Meimura harus dilakonkan. Maka seorang pemain Ludruk harus bisa mengimajinasikan sedang berkelahi. “Bisa jadi pemain hanya duduk saja. Tetapi dialog lewat corong yang didengar pemirsanya harus seolah sedang berkelahi. Iya kan? Radio punya sarana itu,” tambah Mei.

Pun demikian, tampil pada lakon Ludruk lewat radio, ditegaskan Mei juga menjadi sarana pemainnya atau aktornya mengajak penonton dalam theater of mind yang sama. Sehingga cerita atau lakon bisa dinikmati pendengarnya.

“Menciptakan theater of mind juga bisa dilatih pemain Ludruk atau aktor sebelum tampil di panggung lewat siaran Ludruk melalui radio. Bayangkan kalau pemain tidak mampu membangkitkan theater of mind bagi pendengarnya. Pasti lakon Ludruk atau siaran Ludruk itu ambyar, tidak didengar lagi. Kalau sebuah lakon Ludruk lewat siaran radio mampu menghadirkan theater of mind yang dipahami pendengarnya, dan tentu saja karena pemainnya mampu menciptakan theater of mind, maka siaran Ludruk itu sukses, ” papar Mei.

Lalu Mei mencontohkan siaran Ludruk RRI Surabaya yang menjadi satu di antara siaran radio yang digemari masyarakat Surabaya. “Selain menggunakan bahasa Suroboyoan, para pemainnya, seperti Cak Kancil, Cak Markuat, Cak Muali, juga Ning Kasian wajib mampu berimajinasi dan menghadirkan theater of mind untuk melakonkan dan menghidupkan naskah, ” tutur Mei.

Mei yang juga pernah mencicipi corong radio untuk sebuah pementasan Ludruk meyakini, bahwa radio punya peran dan porsi penting bagi pengembangan keterampilan seorang aktor sebelum tampil diatas panggung terbuka dihadapan penontonnya.

“Di era digital saat ini, ketika siaran radio ada dalam genggaman, bagi para aktor khususnya mereka yang menekuni seni teater, radio penting bagi peningkatan keterampilan keaktorannya. Ada latihan olah vokal, imajinasi, theater of mind, improvisasi yang bisa diasah lewat seni Ludruk yang disiarkan lewat radio, ” pungkas Meimura. (tok/ipg)

Berita Terkait

Potret NetterSelengkapnya
Kurs
Exit mobile version