Selasa, 23 April 2024

Meraih Cita dan Memulihkan Asa Bersama Paltform Digital

Laporan oleh Denza Perdana
Bagikan
Ilustrasi Driver Gojek. Foto: transportasi online watch

Shafiyuddin tidak menyangka, kuliahnya di Jurusan Teknik Perkapalan Universitas Hang Tuah Surabaya bakal molor. Saat itu pertengahan 2019. Masuk semester sembilan. Bolak-balik dosen menolak topik skripsi yang dia ajukan.

Pendaftaran kuliah semester gasal sudah dibuka. Didin, begitu dia biasa dipanggil keluarga dan teman-temannya, menyampaikan itu kepada bapaknya. Didin sudah menduga apa yang bakal dibilang bapaknya. “Bapak enggak ada uang, Nak.”

Karena sudah menduga, pemuda yang kini berusia 26 tahun itu tidak merasa kecewa. Dia menyadari, tahun itu adalah tahun yang sulit bagi bapaknya yang menafkahi keluarga dari hasil toko besi bangunan di kawasan Jagir, Wonokromo, Surabaya.

Belum lama sebelum Didin menemui bapaknya untuk menyampaikan informasi itu, usaha keluarga yang dirintis bertahun-tahun lamanya terpaksa tutup. Bapaknya cuma bilang, dia tidak bisa lagi menyewa tempat usaha di Jagir.

“Waktu itu keuangan keluarga memang lagi down banget,” kata Didin yang sudah lulus kuliah dan sudah mulai bekerja di sebuah perusahaan galangan kapal di Batam, ketika dihubungi suarasurabaya.net, Kamis (28/10/2021).

Meski tidak kecewa dengan jawaban bapaknya, ada yang berkecamuk di kepala Didin. Tekadnya sudah bulat untuk segera menuntaskan kuliah, mencari pekerjaan sesuai bidangnya, dan bisa segera membantu ekonomi keluarga.

Kanan-kiri-depan-belakang dia minta bantuan dari kawan-kawannya. Setidaknya cukup untuk membayar SPP dan biaya lain-lain. Sembari menuntaskan perkuliahan, dia jalani pula sejumlah pekerjaan sambilan.

didin
Didin, Sarjana Teknik Perkapalan Hang Tuah Mantan Mitra Driver Gojek saat masih bekerja sambilan. Foto: Istimewa

“Kayak survei-survei, proyek-proyek. Apa saja saya kerjakan. Baru sekitar Desember 2019 itu saya dikasih tahu Mas Sepupu saya, Gojek buka pendaftaran mitra driver,” ujarnya.

Masalahnya, sepeda motor yang dia pakai sehari-hari sudah terlalu usang. Tidak memenuhi syarat pendaftaran mitra driver Gojek. Didin pun bermaksud meminjam motor Syima, kakaknya. Tapi bapaknya tidak setuju.

“Awalnya ditentang. Bapak enggak setuju kalau saya harus pinjam motornya Embak Syima. Tapi setelah saya diskusi sama Embak, ternyata dia enggak masalah. Akhirnya Bapak sama Emak ngasih izin,” katanya.

Akhir Desember itu Didin resmi bergabung menjadi bagian dari dua juta lebih mitra driver se-Asia Tenggara yang mengandalkan penghasilan dari aplikasi on-demand buatan anak bangsa itu.

Untung saja, di semester kesembilan itu, semua mata kuliah wajib dan tambahan sudah dia tuntaskan. Didin tinggal fokus mengerjakan skripsi sembari menabung untuk biaya wisuda dari penghasilannya menjadi driver Gojek.

Dalam sehari Didin bisa meraup rata-rata Rp200 ribu per hari di sekitar kawasan Keputih, Surabaya. Karena di sana ada dua mal besar dan sejumlah perumahan. Sebab itu juga, dia jadi jarang pulang ke rumahnya di Rusunawa Gunung Sari.

Didin-gojek
Shafiyuddin saat menjadi
mitra driver Gojek. Foto: Istimewa

Awal 2020, Didin memutuskan indekos di kawasan Keputih. Kebetulan, kampusnya juga di kawasan itu. Sewaktu-waktu kalau dosen pembimbingnya punya waktu, dia bisa segera ke kampus untuk berkonsultasi tentang skripsi.

Pandemi Covid-19 mengobrak-abrik semuanya. Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) di Surabaya Raya sejak April-Juni 2020 bikin dia tak berkutik dan harus puas dengan maksimal tiga orderan GoRide, GoFood, atau GoSend dalam sehari.

“PSBB itu parah-parahnya. Sehari dapat tiga orderan itu bagus banget. Karena waktu itu orang lebih milih belanja bahan makanan buat stok di rumah. Orderan GoFood yang jadi andalan, sepi,” ujarnya.

Di masa sulit itu, Gojek terus menyalurkan bantuan Program Kesejahteraan Mitra Driver yang totalnya mencapai Rp260 miliar sejak Maret 2020 sampai September 2021 dengan jenis bantuan beragam.

Mulai dari bantuan kebutuhan pokok yang mencapai total Rp175,8 miliar, sampai bantuan pendapatan bagi driver yang totalnya mencapai Rp15 miliar. Didin salah satu mitra yang dapat bantuan.

Namun, Didin harus mengakui, untuk memenuhi kebutuhan dan target pendapatan harian yang dia jalankan, bantuan itu jauh dari kata cukup. Dia selalu ingat pesan orang tuanya untuk terus bersabar.

Kesabarannya membuahkan hasil tidak mengecewakan. Kesabaran dan kegigihan itu bahkan menorehkan kebanggaan bagi kedua orang tuanya: Maret 2021, akhirnya dia mengikuti wisuda secara virtual.

Tinggal satu lagi yang harus Didin buktikan, segera mendapat pekerjaan. Sejumlah kawannya sesama alumni Teknik Perkapalan Universitas Hang Tuah Surabaya sudah berangkat ke Batam. Didin punya rencana yang sama.

Masalahnya, modal untuk berangkat ke Batam dan biaya hidup selama merantau itu belum mencukupi. Untung saja situasi berangsur normal. Didin kembali berjibaku di jalanan.

Agustus 2021 kemarin, Didin memutuskan berangkat ke Batam. Tekad dan kerja kerasnya dapat ganjaran sepadan. Tak sampai sebulan di Batam, dia sudah dapat panggilan bekerja di PT Batamec Shipyard.

didin-bekerja-di-batamec-shipyard
Shafiyuddin yang sudah bekerja di PT Batamec Shipyard salah satu perusahaan galangan kapal di Batam. Foto: Istimewa

Terhitung sudah satu setengah bulan dia jalani manajemen trainee di Departemen Quality Control perusahaan galangan kapal yang baru menasional itu. Dia pun mengakui, menjadi mitra driver Gojek mengantarkannya sampai ke titik itu.

Kalau Didin harus berjibaku menggapai cita-cita di tengah Pandemi, Ria Cahyaning Pemilik usaha Kuliner Maskarang harus berjibaku mengembalikan kondisi finansial keluarga setelah terpapar Covid-19.

Ria (45 tahun) dan Yosef Nugroho (50 tahun) suaminya menjalankan usaha kuliner itu sejak 2018 sembari tetap merawat dua anaknya yang berkebutuhan Khusus.

ria-cahyaning-dan-keluarga
Ria Cahyaning bersama Yosef suaminya dan dua putranya yang berkebutuhan khusus. Foto: Istimewa

Sejak Pandemi Covid-19 melanda Indonesia, transaksi daring lewat aplikasi Gojek maupun media sosial yang dia jalankan masih bisa diandalkan untuk memenuhi kebutuhan keluarga.

“Yang offline tiarap. Karena memang makan dine-in waktu itu enggak boleh. Sampai sekarang saya masih terapkan, sih. Kalau makan di tempat maksimal empat orang,” ujarnya kepada suarasurabaya.net, Jumat (29/10/2021).

Pertengahan November 2020, Ria menduga, dia dan suaminya terpapar Covid-19. Sejumlah gejala spesifik yang beredar di media massa mereka alami. Demam, batuk, hingga anosmia. Mereka pun harus dua minggu isolasi mandiri.

“Jadi sebelum itu, akhir Oktober, salah satu anak saya hilang. Saya lapor juga ke SS (Suara Surabaya) kok. Baliknya, dia demam dan sempat diare tiga hari. Baru tahu Januari kemarin, gejala Covid-19 itu salah satunya diare,” ujarnya.

Akibat isolasi mandiri yang setidaknya butuh waktu sebulan sampai benar-benar dinyatakan pulih, perekonomian keluarganya sempat terhenti. Dia tidak bisa menjalankan usaha, suaminya yang juga seorang mitra driver Gojek juga tidak mampu mengambil orderan.

Satu bulan isolasi mandiri cukup menguras tabungan mereka. Januari 2021 lalu, mereka seperti kembali memulai usaha dari nol. Apalagi saat itu transaksi di aplikasi Gojek maupun medsos belum bisa dibilang normal.

Tapi Ria dan suaminya pantang menyerah. Yosef yang kembali ke jalanan sebagai Driver Gojek menambah peluang pendapatan dengan menerima jasa kurir bagi pasien-pasien isoman, diawali permintaan kawan-kawannya sendiri.

Sementara Ria, seiring pulihnya kesehatannya, kembali aktif mengikuti berbagai program pelatihan secara webinar seputar pengembangan usaha termasuk yang diselenggarakan Gojek.

Selama Pandemi 2020, Gojek mencatat, ada 250 ribu UMKM kuliner baru yang go online di GoFood. Jumlah sebanyak itu memunculkan tantangan baru: bagaimana mereka menjaga keberlanjutan bisnis di tengah ketatnya persaingan.

Karena itulah Gojek memberi dukungan edukasi dan pengembangan kapasitas UMKM Mitra GoFood melalui Komunitas Partner GoFood (Kompag). Supaya para pelaku UMKM bisa meningkatkan keterampilan dan mampu bersaing.

“Pelatihan dari Gojek itu bagus-bagus banget dan selalu ada, kalau enggak keliru, setiap sebulan sekali. Salah satu yang saya ikuti dan sangat bermanfaat bagi saya sampai sekarang adalah pelatihan food photography,” ujarnya

Ria adalah satu dari 107 ribu UMKM kuliner dari 70 kota di Indonesia yang bergabung dalam program Kompag dan mendapatkan manfaat baik untuk pengembangan usahanya. Kini kondisi finansial keluarganya berangsur pulih.

“Puji Tuhan, sekarang perekonomian kami bisa dibilang kembali normal,” ujarnya. “Dampak Pandemi ini memang berat, tapi selama kita mau untuk bangkit dan terus berusaha, Tuhan akan memberikan jalan.”(den/ipg)

Berita Terkait

Potret NetterSelengkapnya

Motor Tabrak Pikap di Jalur Mobil Suramadu

Mobil Tertimpa Pohon di Darmo Harapan

Pagi-Pagi Terjebak Macet di Simpang PBI

Surabaya
Selasa, 23 April 2024
27o
Kurs