Kamis, 23 Mei 2024

Peran Ayah dalam Parenting Tentukan Masa Depan Anak

Laporan oleh Dhafintya Noorca
Bagikan
Ilustrasi ayah dan anak di Hari Ayah Nasional. Foto: Pixabay.

Peran ayah dalam pola asuh menjadi hal yang ramai diperbincangkan beberapa waktu terakhir, setelah sebelumnya topik ini jarang dibicarakan di ruang-ruang publik.

Terlebih di budaya Indonesia yang menganut patriarki yang menempatkan peran laki-laki lebih mendominasi. Sehingga tanpa disadari, ini pula yang  membentuk pembagian tugas dalam rumah tangga menjadi ayah atau suami bertugas mencari nafkah, lalu ibu atau istri mengurus rumah tangga. Secara otomatis, peran ayah dalam parenting jadi sangat kecil sekali.

Menurut Taufik Dariyanto Sub Koordinator Bidang Advokasi dan KIE BKKBN Jawa Timur, peran ayah dalam pengasuhan jadi sesuatu yang menarik dan populer beberapa waktu terakhir.

“Ini menjadi perhatian dengan adanya misalnya lomba ayah mendongeng atau lomba yang melibatkan anak dan ayah,” kata Taufik kepada Radio Suara Surabaya, Sabtu (13/11/2021).

Dia juga menyebutkan, berdasarkan hasil penelitian, anak yang dekat dengan ayahnya prestasi dan karakternya lebih bagus dibanding yang tidak dekat dengan anaknya.

“Seperti kalau anak mau memanjat pohon atau bermain yang kotor-kotor, biasanya ayah akan cenderung membiarkan anak untuk bereksplorasi. Berbeda dengan ibu yang biasanya berlawanan. Ini menunjukkan bahwa peran ayah dalam keluarga penting untuk menanamkan jiwa eksplorasi,” jelasnya.

Dalam kesempatan itu pihaknya juga mengatakan, selain karena kesibukan bekerja, budaya patriarki juga mendukung peran ayah yang menjadi tidak terlalu dominan dalam pola asuh.

“Padahal tidak selalu seperti itu. Bapak mencari referensi parenting masih belum menjadi budaya di kita. Masih awam. Padahal taruhannya adalah masa depan anaknya, tapi secara potensial tidak digarap dari awal,” tandasnya.

Selaras dengan Taufik, Oktastika Badai Nirmala konselor pernikahan yang menilai figur ayah juga penting dalam membentuk kepribadian anak.

“Kalau ayah itu lebih maskulin sementara ibu feminin. Setiap orang punya kedua sisi itu, tinggal ayah fungsinya bagaimana mengajarkan sisi maskulin pada keluarga, meskipun pada anak perempuan. Dalam hal ini tugas ayah cukup vital sebagai balancing sisi feminin yang diajarkan oleh ibu,” tuturnya.

Menjadi ayah tangguh, kata Okta, juga harus banyak belajar dan berkaca ke dalam diri sendiri.

“File ayah kita apa sudah banyak belajar dan penuh? Kita itu hasil install-an masa lalu kita, bersediakan menyesuaikan software kita dengan kehidupan sekarang. Cari figur ayah yang baik, suami yang baik. Coba terapkan, obrolkan dalam diri,” terang Okta.(dfn/iss)

 

Berita Terkait

Potret NetterSelengkapnya

Evakuasi Kecelakaan Bus di Trowulan Mojokerto

Motor Tabrak Pikap di Jalur Mobil Suramadu

Kurs
Exit mobile version