Prancis perbaharui kemitraan hubungan kerja sama dengan Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS), Selasa (27/4/2021). Prancis beranggapan bahwa teknologi itu adalah bagian utama dari masa depan yang penting, dan kerjasama dengan ITS sangat mendukung hal itu.
Delegasi Prancis diwakili oleh Stephane Dovert Konselor Kerja Sama Pendidikan dan Kebudayaan Prancis, Philippe Grange Cooperation Attache for French, Benoit Bavouset Direktur Institut Francais d`Indonesie (IFI) Surabaya, Annisa Fauziah wakil dari University Cooperation Attache, Sylvain Lelong – Lacroix Koordinator Nasional Campus France Indonesia, Rosa Karenina penanggung jawab Pendidik IFI Surabaya, dan Indri Novita Sari penanggung jawab Campus France Surabaya.
Prof. Dr. Ir. Mochamad Ashari M.Eng., Rektor ITS menyambut gembira kunjungan dari delegasi Kedubes Prancis tersebut. Pasalnya, mengingat beberapa waktu lalu satu di antara dosen ITS, Prof Dr Ir Ria Asih Aryani M.Eng, baru saja menerima penghargaan Chevalier dans L’Ordre des Palmes Academiques yang diberikan oleh Duta Besar Prancis.
Mochamad Ashari Rektor ITS menjelaskan bahwa ini sebuah kehormatan untuk bisa melanjutkan kerja sama kembali dengan pihak Prancis. Ditambah untuk mendukung dan merealisasikan program Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM) dari pemerintah, dengan ini ITS memulai jalannya dengan menggandeng delegasi Kedubes Prancis.
“Hubungan ini sudah pernah terjalin sebelumnya, yang terkait dengan mobilitas mahasiswa, kunjungan akademik, rapat manajemen, dan masih banyak lagi,” terang Ashari sapaan Rektor ITS ini.
Ashari melanjutkan, kerja sama yang diperpanjang ini merupakan implementasi beberapa program pemerintah Indonesia seperti Indonesian International Students Mobility Awards (IISMA), beasiswa. dan pertukaran pelajar fast track maupun double degree. “Juga perjanjian yang baru kemarin telah dilakukan berupa Memorandum of Agreement (MoA) untuk mengikuti kolaborasi kompetisi French + Sciences,” ujar Ashari.
Hal ini juga diterima baik oleh Stephane Dovert yang memaparkan bahwa keberlanjutan hubungan dengan ITS patut untuk diteruskan. Karena biasanya ada sekitar 8 – 10 mahasiswa dan dosen yang tiap tahunnya dikirimkan ke Prancis. “Ini juga masih bisa ditambah lagi, kita harus terus lebih maju dalam mengambangkan kerja sama ini,” terang Stephane.
Dengan adanya program MBKM yang juga harus disukseskan, ia berpendapat sangat penting bagi mahasiswa untuk bisa berkecimpung di luar kampusnya sendiri. “Saya sendiri sangat menyesal karena dulu waktu mahasiswa tidak mengikuti program-program yang ada di luar kampus,” kata Stephane.
Kerja sama yang baru ini, menurut Stephane, bisa dimulai dengan membuat berbagai proposal untuk ITS agar bisa mengirimkan mahasiswanya ke Prancis untuk belajar. Jika di Indonesia, S1 membutuhkan waktu empat tahun, di Prancis S1 hanya membutuhkan waktu tiga tahun.
Jadi apabila program ini berjalan, mahasiswa selama tiga semester sejak mulai tahun ketiga akan pindah ke Prancis, enam bulan untuk belajar bahasa Prancis dan satu tahunnya belajar untuk mendapat gelar S1 di Prancis. “Setelah kembali ke Indonesia untuk lulus. mereka mendapatkan dua gelar sekaligus, dari Prancis maupun Indonesia,” ujar Stephane.
Stephane juga menyampaikan keuntungan lainnya. Apabila telah lulus, mahasiswa akan mudah memilih yaitu melanjutkan master di Prancis atau melanjutkan di perguruan tinggi Eropa lainnya. “Di samping karena menguasai berbagai bahasa didukung juga sistem yang ada di sana, apabila setelah sudah pernah berkuliah di Eropa akan mudah untuk lanjut ke perguruan tinggi lain di sana (Eropa, red),” tambah Stephane.
Sebagai perwakilan dari delegasi Kedubes Prancis, Stephane juga sangat tertarik dengan spesialisasi ITS di bidang teknologi. Ia beranggapan bahwa teknologi itu adalah bagian utama dari masa depan. Ditambah sekarang manusia sudah dihadapkan dengan permasalahan yang sangat kompleks. “Terutama berbagai masalah lingkungan, yang pas sekali saat ini ITS juga sangat terfokus pada bidang maritim dan lingkungan,” pungkas Stephane.
Pihaknya merasa sangat senang mendapatkan mahasiswa dari ITS untuk bisa berkuliah di Prancis yang terbuka untuk mahasiswa asing, termasuk Indonesia. “Kami memiliki banyak prospek. Kami di kedutaan bertanggung jawab akan generasi yang akan datang. Ke depan akan lebih banyak hubungan yang kami jalin bersama ITS,” tutup Stephane.(tok/dfn)