Kabar soal Kartolo atau Cak Kartolo maestro Ludruk yang akan menjual rumahnya membuat kaget banyak orang. Meimura seniman yang juga pelaku seni Ludruk di Surabaya mengaku kaget sekaligus sedih mendengar kabar itu. Tapi, Meimura menyampaikan, kalau benar Cak Kartolo jual rumah, maka negara harus hadir dan rumah Cak Kartolo bisa menjadi museum Ludruk.
“Sedih mendengar kabar itu. Maestro Ludruk bakal kehilangan rumah di masa pandemi Covid-19 ini. Duuuuuhh, sedih aku reek. Tapi kalau benar Cak Kartolo mau menjual rumahnya, mestinya pemerintah yang beli. Kemudian merenovasi dan menjadikan rumah Cak Kartolo itu jadi museum Ludruk. Karena menurutku di situlah, di rumah itulah, Cak Kartolo berdarah-darah menjalani profesi sebagai seniman Ludruk,” kata Meimura, Sabtu (4/9/2021).
Kartolo, bagi Meimura, bukan sekadar maestro Ludruk. Kartolo adalah penjaga marwah kesenian Ludruk di negeri ini. Dengan hanya menampilkan 4 sampai 5 orang pemain saja, lanjut Meimura, Kartolo bersama kawan-kawannya mampu memainkan Ludruk dan membuat penontonnya tak satupun meninggalkan tempat mereka menyaksikan celoteh khas Suroboyoan Kartolo cs.
“Cak Kartolo dan kelompok kecilnya, biasanya hanya ada 4 sampai 5 orang saja, mampu menampilkan Ludruk lengkap dengan Remo maupun dagelan khas Suroboyoan. Pesan-pesan yang disampaikan dalam lakon yang dimainkannya menjadi tuntunan sekaligus tontonan yang pas bagi masyarakat dari yang tua sampai yang muda. Ini luar biasa,” tambah Meimura.
Cak Kartolo bagi Meimura memang luar biasa. Bahkan sekelas Maestro itu rela main bersama dalam satu pentas dengan anak-anak kecil yang nota bene sedang belajar mengenali kesenian Ludruk.
“Jarang ada seniman yang ikhlas dan tulus seperti beliau. Cak Kartolo sangat bisa dan mampu menjelajahi pikiran-pikiran anak-anak saat satu panggung. Pernah suatu saat aku minta Cak Kartolo tampil bersama anak-anak, gak nolak,” sambung Meimura.
Dan ketika kabar tentang Cak Kartolo yang konon akan menjual rumahnya marak di media, bagi Meimura ini adalah saat tepat bagi pemerintah di tingkat lokal sampai pusat harus turun tangan ikut mencarikan solusi buat persoalan yang sedang dihadapi Cak Kartolo.
“Mas Eri (Eri Cahyadi Walikota Surabaya) mestinya melihat ini, dan bertindak. Negara harus hadir!” Tegas Meimura.
Bahkan, kata dia, bila perlu pemerintah provinsi dan pemerintah pusat melihat persoalan yang dialami Cak Kartolo secara jeli. Di masa pandemi ini, seniman tradisional yang masih memanfaatkan sarana-sarana tradisional saat menampilkan karya-karyanya, yakni tampil di atas panggung, nasibnya sangat nahas.
“Ada kok seniman tradisional yang terpaksa harus jual alat-alat panggungnya demi menyambung hidup. Ini seperti gunung es. Cak Kartolo barangkali puncaknya. Tetapi di bagian bawah, di desa-desa, banyak seniman tradisional yang juga mengalami penderitaan dadakan akibat pandemi Covid-19,” kata Meimura.(tok/den)