Sabtu, 27 April 2024

Fenomena Kekuatan Netizen Indonesia Sebagai Aktivis Media Sosial

Laporan oleh Dhafintya Noorca
Bagikan
Ilustrasi.

Kekuatan netizen Indonesia dalam menggerakkan isu atau mengikuti perbincangan yang ada di media sosial tidak perlu diragukan. Bahkan warganet punya julukan khusus untuk ini yaitu The Power of Netizen +62.

Perbincangan netizen yang paling hangat saat ini adalah di media sosial Instagram milik pebalap MotoGP Aleix Espargaro, yang berhasil menggaet 1 juta pengikut dalam dua hari setelah menantang netizen Indonesia melalui postingannya.

 

View this post on Instagram

 

A post shared by Aleix 41 (@aleixespargaro)

“Hai penggemar Indonesia, jika saya mencapai 1 juta pengikut sebelum hari Minggu, setelah balapan saya akan melemparkan helm balap saya ke tribun! #Indonesia #41Helmet,” tulis Aleix Espargaro dalam postingan Instagramnya pada hari Kamis (17/3/2022).

Terbukti, hari ini Sabtu (19/3/2022) pengikut akun Instagram Aleix telah mencapai 1 Juta. Padahal sebelumnya hanya 940 ribu followers.

Menanggapi fenomena ini, Irfan Wahyudi S.Sos., M.Comm., Ph.D Dosen Departemen Ilmu Komunikasi FISIP Unair Mata Kuliah Kajian Masyarakat Media dan Komunikasi mengatakan, The Power of Netizen +62 ini termasuk digital activism. Yaitu gerakan massa secara online untuk menekan isu-isu tertentu, baik sosial, politik, ekonomi, dan lain-lain.

Saat ditanya lebih lanjut apakah The Power of Netizen +62 ini adalah hal yang spontan dilakukan, Irfan saat mengudara di Radio Suara Surabaya, menjawab “nggak sporadis, itu ter-organize. Bisa jadi orang tanpa sadar ikut jadi bagian, tentang petisi itu (postingan Aleix Espargaro) misal.”

Itu bisa terjadi, lanjut Irfan, karena kehidupan online yang dijalankan oleh masyarakat sekarang adalah bentuk partisipasi.

“Tindakan-tindakan itu untuk memperkuat animo masyarakat. Mereka ingin juga berpartisipasi melalui online. Ini sangat baik,” sambungnya.

Pergerakan digital activism ini merupakan perkembangan seiring zaman. Dahulu media sosial seperti Messenger, Friendster, dan beberapa lainnya hanya digunakan sebagai hiburan dan mencari teman. Kini, kemudahan segala informasi bisa didapatkan dari media sosial.

Irfan menilai, fenomena yang terjadi pada netizen Indonesia ini perlu diarahkan serta diberi literasi, karena akun media sosial dengan banyak pengikut bisa memiliki kekuatan besar dan tidak semuanya menyebarkan hal positif. Seperti fenomena crazy rich yang belakangan ramai diperbincangkan, sehingga netizen juga butuh keberimbangan informasi agar mempengaruhi cara bersikapnya.

“Ini tanggung jawab banyak pihak, negara berperan penting, para pendidik, orang tua, sampai pada bagain dari masyarakat yang lain,” ucap Irfan.

“Perimbangan narasi itu jadi penting dari media-media konvensional. Media-media berperan besar dalam literasi,” tegasnya.

Menurut Irfan kondisi yang harus diwaspadai dari The Power of Netizen+62 yaitu pemahaman masyarakat tentang komunikasi di dunia maya. Seperti halnya di dunia nyata yang membutuhkan tata krama dan lain-lain.

“Kita menghadapi era ke depannya semakin gencar aktivitas digital ini. Perlu terus belajar untuk meningkatkan literasi itu,” jelas Irfan.

“Kalau ada yang memantik komentar nasionalisme harus dipelajari dulu, sebelum komentar,” tutupnya.(lta/dfn/ipg)

Berita Terkait

Tumblr Diblokir, Netizen Bereaksi


Potret NetterSelengkapnya

Motor Tabrak Pikap di Jalur Mobil Suramadu

Mobil Tertimpa Pohon di Darmo Harapan

Pagi-Pagi Terjebak Macet di Simpang PBI

Surabaya
Sabtu, 27 April 2024
31o
Kurs