Jumat, 26 April 2024

Mahasiswa ITS Ciptakan Inovasi Alat Deteksi Tsunami 30 Menit Lebih Awal

Laporan oleh Bram Panggayu
Bagikan
Abdul Hadi (kiri), Mohammad Naufal Al Farros, dan Nindya Eka Winasis setelah melakukan presentasi Karya Tulis Ilmiah di Gemastik XV. Foto: Kominfo Provinsi Jawa Timur

Tim Sapu Jagad dari mahasiswa Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) menciptakan alat pendeteksi tsunami berbasis infrasound bernama ‘Observatorium’.

Tim terdiri dari tiga anggota, yaitu Abdul Hadi, Mohammad Naufal Al Farros, dan Nindya Eka Winasis merupakan mahasiswa Departemen Teknik Fisika ITS.

Mereka menggagas ide cemerlang dalam sebuah cabang perlombaan Karya Tulis Ilmiah (KTI) berjudul “Deteksi Dini Tsunami Menggunakan Sinyal Frekuensi Rendah (Infrasound) Berbasis Bayesian Infrasound Source Localization (BISL) dan Triangulasi Observatorium yang Ada di Indonesia”.

Mengutip laman resmi Kominfo Provinsi Jawa Timur, Abdul Hadi Ketua Tim Sapu Jagad menerangkan, inovasi yang dikembangkan oleh timnya berbeda dari alat pendeteksi tsunami yang sudah ada.

“’Observatorium’ ini dapat mendeteksi tsunami melalui infrasound atau suara dengan frekuensi rendah (0-20 Hertz) yang ditimbulkan dari adanya pergeseran lempeng bumi,” jelas Hadi sapaan akrabnya, Rabu (14/12/2022).

Tidak hanya itu, ‘Observatorium’ didesain dengan bentuk elemen segi lima dan akan ditempatkan di atas tanah yang diberi jarak 1-3 kilometer antarelemen. Setiap elemen diberi sensor untuk mendeteksi sumber infrasound, serta filter noise reduction yang digunakan untuk meminimalisir adanya gangguan seperti gempa.

Selain itu, mereka juga menyertakan lokasi penempatan ‘Observatorium’ di Indonesia yang disebut ‘Triangulasi Observatorium’. Lokasi yang dipilih berdasarkan peta ring of fire, peta potensi bencana, peta batuan induk, dan perpotongan garis diagonal.

Tim Sapu Jagad telah menentukan tiga titik lokasi yang direncanakan sebagai penempatan ‘Observatorium’, yaitu Kota Malang, Padang, dan Palu.

“Terpilihnya ketiga lokasi tersebut sudah dapat menjangkau seluruh lokasi yang ada di Indonesia apabila suatu gempa yang berpotensi tsunami terjadi,” kata Hadi sekaligus Ketua Himpunan Teknik Fisika ITS.

Berbasis infrasound, alat pendekteksi ini akan mendeteksi tsunami 15 menit lebih cepat dibandingkan alat pendeteksi lainnya. Sehingga, ‘Observatorium’ dapat mendeteksi suatu lokasi 30 menit sebelum kejadian tsunami.

“Dengan begitu, warga di sekitar lokasi yang berpotensi tsunami dapat memiliki waktu evakuasi lebih lama,” tutur Hadi.

Lewat inovasi yang berfokus pada mitigasi bencana, Tim Sapu Jagad di bawah bimbingan Dr. Eng. Dhanny Arifianto, S.T, M.Eng berhasil meraih medali perunggu pada Pagelaran Mahasiswa Nasional Bidang Teknologi Informasi dan Komunikasi (Gemastik) XV 2022.

“Jika Observatorium kami direalisasikan dan digunakan di Indonesia, maka bisa lebih banyak pula nyawa yang bisa diselamatkan saat sebelum terjadi tsunami,” harapnya.(tik/rst)

Berita Terkait

Potret NetterSelengkapnya

Motor Tabrak Pikap di Jalur Mobil Suramadu

Mobil Tertimpa Pohon di Darmo Harapan

Pagi-Pagi Terjebak Macet di Simpang PBI

Surabaya
Jumat, 26 April 2024
30o
Kurs