Sabtu, 27 April 2024

Menaker : Sekitar 80 Persen Penyandang Disabilitas Hanya Lulus SD dan Terpuruk Saat Pandemi

Laporan oleh Muchlis Fadjarudin
Bagikan
Ida Fauziyah Menteri Ketenagakerjaan RI. Foto: Antara

Ida Fauziyah Menteri Ketenagakerjaan mengatakan, pandemi Covid-19 yang terjadi awal tahun 2020 menimbulkan dampak yang luas, tidak terkecuali pada sektor ketenagakerjaan.

Dengan segala cara dan upaya, Ida mengaku bersyukur, keadaan pandemi sudah jauh membaik, diikuti dengan perbaikan ekonomi dan ujungnya terjadi perbaikan sektor ketenagakerjaan.

“Kita bersyukur tidak terhingga. Meskipun angka pengangguran kita masih tinggi, kita bisa tekan dan turunkan pengangguran ke angka 5,86%, diikuti juga dengan angka partisipasi angkatan kerja jumlah orang yang bekerja,” ujar Menaker dalam sambutannya pada acara pemberian penghargaan nasional BUMN yang mempekerjakan penyandang disabilitas, di Jakarta, Senin (21/11/2022).

“Ini semua yang saya sampaikan ini membangkitkan semangat kita, membangkitkan optimis kita bahwa keadaan perekonomian dan sektor ketenagakerjaan Insya Allah mulai kembali bangkit dan kita bisa menatap ke depannya dengan penuh semangat dan penuh optimisme,” tambahnya.

Namun begitu, lanjut Ida, di tengah optimisme, harus terus waspada karena tantangan ketenagakerjaan saat ini menjadi semakin Kompleks di tengah instabilitas kondisi Global serta era bonus demografi, revolusi digital yang masih harus menghadapi berbagai tantangan.

“Kita menghadapi banyak sekali tantangan yang terus harus kita lakukan, mulai dari upaya untuk menekan pengangguran, terus menciptakan perluasan kesempatan kerja hingga secara serius kita mengoptimalkan perlindungan kesejahteraan tenaga kerja dari berbagai aspek,” jelasnya.

Menurut Menaker, yang tidak boleh dilupakan adalah isu universal ketenagakerjaan, seperti isu kesetaraan non diskriminasi, pengarusutamaan gender, perlindungan pekerja perempuan dan juga permasalahan tenaga kerja penyandang disabilitas.

Semua permasalahan ini terutama terkait dengan tenaga kerja disabilitas, membutuhkan perhatian khusus, serius dan membutuhkan komitmen dari semua pihak dalam meresponnya.

Kata Ida, berdasarkan laporan Badan Pusat Statistik (BPS), pada tahun 2021 jumlah pekerja dengan disabilitas di Indonesia mencapai 7,04 juta orang atau kalau dipresentase ada 5,37% dari total penduduk yang bekerja.

“Angka ini turun di tahun 2020, dimana jumlah pekerja dengan disabilitas mencapai 7,67 juta orang atau 5,9% dari total penduduk bekerja. Ini merupakan salah satu indikator dampak pandemi pada penyandang disabilitas,” terang Menaker.

Menurut Ida, laporan terbaru ILO (International Labour Organization) menunjukkan bahwa penyandang disabilitas di Indonesia juga menunjukkan beberapa data penting lainnya yang berupa tingkat pendidikan yang menjadi tantangan besar bagi penyandang disabilitas untuk mendapatkan pekerjaan yang layak.

“Saya kira datanya harus kita pegangin betul. Kita sangat serius, karena 70 sampai 80% penyandang disabilitas itu hanya lulus Sekolah Dasar. Ini dua kali lebih besar dibandingkan dengan non disabilitas,” ujarnya.

“Mayoritas penyandang disabilitas bekerja di sektor pertanian, kehutanan peternakan dan perikanan, di mana kalau kita lihat sektor-sektor ini didominasi oleh pekerja informal, disusul baru kemudian sektor perdagangan, restoran dan hotel,” imbuhnya.

Kata Menaker, sektor perdagangan, restoran dan hotel adalah salah satu sektor yang paling terdampak pandemi Covid-19 mulai tahun 2020-2021. Artinya, semakin terpuruk para penyandang disabilitas. Ditemukan juga tren peningkatan proporsi penyandang disabilitas yang berwirausaha. Proporsi penyandang disabilitas yang berwirausaha satu setengah kali lebih banyak dibandingkan dengan proporsi non disabilitas yang berwirausaha.

Sekilas temuan ini terdengar positif karena banyak pekerja disabilitas yang berwirausaha. Akan tetapi, Ida menyampaikan, justru Ini menandakan bahwa penyandang disabilitas terpaksa harus membuka usaha sendiri karena sulit untuk bisa masuk di pasar kerja dan masih minimnya alternatif pekerjaan yang bisa dikerjakan. Apalagi minimnya awareness (perhatian) perusahaan untuk merekrut tenaga kerja disabilitas.

“Jadi, bukan bangga banyak pekerja disabilitas yang menjadi wirausahawan, bukan itu. Bangga Iya tapi sebenarnya kebanggaan itu menyiratkan sebuah keprihatinan. Mereka terpaksa berusaha sendiri karena tidak adanya lapangan pekerjaan karena tidak adanya awareness perusahaan untuk merekrut tenaga kerja disabilitas,” tegasnya.(faz/rst)

Berita Terkait

Potret NetterSelengkapnya

Motor Tabrak Pikap di Jalur Mobil Suramadu

Mobil Tertimpa Pohon di Darmo Harapan

Pagi-Pagi Terjebak Macet di Simpang PBI

Surabaya
Sabtu, 27 April 2024
29o
Kurs