Menjelang Bulan Ramadan, masyarakat Kota Surabaya berbondong-bondong melakukan ziarah kubur atau nyekar ke makam leluhurnya, yang dilakukan sehari sebelum puasa.
Aktifitas ziarah kubur yang mulai ramai menjelang sore hari itu, sudah diyakini sebagian besar masyarakat sebagai bentuk budaya di Indonesia, khususnya bagi orang Jawa itu sendiri.
“Ini adabnya orang Jawa kalau mau lebaran atau menjelang puasa itu harus ziarah ke makam orang tua. Jadi ini lebih ke budaya dan adabnya orang Jawa yang sudah turun temurun,” kata Hari peziarah yang mengunjungi makam orang tuanya di Makam Taman Pahlawan (TMP) Ngagel Rejo pada suarasurabaya.net , Sabtu (2/3/2022).
TMP di Jalan Ngangel Rejo itu sudah ramai peziarah sejak pukul 15.00 WIB, bahkan hingga menimbulkan kepadatan tepat di depan jalan raya makam.
TMP yang menjadi tempat bersemayam Bung Tomo, pahlawan nasional Indonesia yang terkenal karena peranannya dalam Pertempuran 10 November 1945 itu, juga dipenuhi penjual bunga di halaman taman. Selain itu, sepanjang jalan yang menuju ke arah masuk makam, juga diisi oleh pedagang kaki lima yang memanfaatkan momen nyekar ini untuk mengais rezeki.
Terdapat pula jasa tukang bersih makam, yang sudah bersiap sejak pagi untuk menawarkan tenaga untuk membersihkan makam dari peziarah yang berkunjung. Bahkan, mereka juga menyiapkan air yang diwadahi botol satu liter untuk menyiram makam usai ditabur bunga oleh para peziarah.
Sementara itu pada kesempatan yang sama, Rojil Nugroho Bayu Aji Dosen Sejarah dari Universitas Negeri Surabaya turut memberikan respon terkait budaya nyekar. Menurut dia, ziarah adalah tradisi lama yang sudah dilakukan oleh masyarakat Indonesia.
“Budaya ini tidak terlepas karena untuk menghormati leluhur supaya tidak lupa dengan leluhur sebelum kita. Selain itu, berziarah juga bisa menjadi media silaturrahmi keluarga karena akan menyempatkan pulang ke rumah atau kampung halaman untuk melakukannya,” kata dia.
Lanjut Rojil, dalam budaya nyekar dirinya menyampaikan bahwa budaya itu bisa merekatkan nilai sosial apabila mayoritas masyarakat turut melakukannya
“Ketika itu dilakukan oleh mayoritas masyarakat, maka kita juga bisa saling bersilaturahim dengan teman lama yang merantau dan bisa bertemu bertegur sapa dengan masyarakat yang melakukan ritual serupa. Jadi itu nilai penting dari sisi religius dan sosial untuk merekatkan kita secara vertikal dan horizontal” imbuhnya.
Sebagai informasi, Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Agama telah menetapkan awal Bulan Suci Ramadan 1443 Hijriah, jatuh pada hari Minggu (3/4/2022).
Penetapan itu merupakan hasil keputusan Sidang Isbat yang berlangsung pada, Jumat (1/4/2022), di Kantor Pusat Kementerian Agama, Jakarta. (wld/bil/iss)