Rabu, 1 Mei 2024

Polisi Sebut Bukan Gas Air Mata yang Menyebabkan Kematian di Stadion Kanjuruhan 

Laporan oleh Dhafintya Noorca
Bagikan
Petugas mencoba membubarkan para penonton yang memaksa masuk ke dalam lapangan dengan gas air mata, di Stadion Kanjuruhan, Kabupetan Malang, Jatim, Sabtu (1/10/2022). Foto: Tangkapan layar

Irjen. Pol. Dedi Prasetyo Kadiv Humas Polri menyebutkan bahwa penggunaan gas air mata oleh aparat di Stadion Kanjuruhan, Kabupaten Malang dalam laga Arema vs Persebaya pada Sabtu (1/10/2022) lalu bukan penyebab jatuhnya 131 korban meninggal dunia.

“Dari penjelasan para ahli, dokter spesialis yang menangani para korban baik yang meninggal dunia maupun luka, tidak ada satu pun yang menyebutkan penyebab kematian adalah gas air mata. Tapi penyebab kematian adalah kekurangan oksigen karena terjadi berdesak-desakan, kemudian terinjak-injak yang menyebabkan kekurangan oksigen pada pintu 13, 11, 14 dan 3. Ini yang jatuh korbannya cukup banyak,” kata Dedi Prasetyo saat memberikan keterangan pers, Senin (10/10/2022).

Dedi juga menjelaskan, ada tiga jenis gas air mata yang digunakan oleh aparat untuk menghalau massa di Stadion Kanjuruhan yaitu yang berwarna biru, hijau dan merah. Gas air mata berwarna hijau hanya berupa asap putih dan ledakan. Kemudian untuk yang berwarna biru tingkatannya lebih tinggi dari sebelumnya dan menghalau massal dalam jumlah kecil. Sedangkan untuk yang berwarna merah sebagai pengurai massa dalam jumlah yang lebih besar.

“Semua tingkatan ini mengutip pendapat para pakar, CS (Clorobenzalden Malononitril) atau gas air mata dalam tingkatan tertinggi pun tidak mematikan,” jelasnya.

Kemudian berdasarkan keterangan para ahli yang disampaikan Dedi Prasetyo, apabila gas air mata mengenai tubuh hanya akan membuat iritasi pada mata, kulit dan pernafasan serta tidak mengakibatkan kerusakan fatal.

“Saat mengenai pernafasan, belum ada jurnal ilmiah menyebutkan ada fatalitas gas air mata yang mengakibatkan orang meninggal dunia,” kata Dedi.

Dalam kesempatan tersebut ia juga mengumumkan beberapa temuan hasil penyidikan Tragedi Kanjuruan yaitu ada beberapa gas air mata kedaluwarsa yang ditembakkan ke arah penonton di dalam stadion.

“Ya benar, memang ditemukan (gas air mata kedaluwarsa) yang tahun 2021, ada beberapa ya,” ujar Dedi.

Namun, Dedi belum tahu pasti jumlah gas air mata yang kedaluwarsa tersebut, karena saat ini sedang didalami oleh tim labfor.

Dedi menjelaskan, penggunaan gas air mata yang telah kedaluwarsa tidak masalah masalah karena tidak membahayakan kesehatan. Gas air mata yang kedaluwarsa sudah tidak begitu efektif. Sebab, zat kimia di dalam gas air mata yang kedaluwarsa itu akan menurun kadarnya. Berbeda dengan makanan yang kedaluwarsa.(dfn/rst)

Berita Terkait

Potret NetterSelengkapnya

Motor Tabrak Pikap di Jalur Mobil Suramadu

Mobil Tertimpa Pohon di Darmo Harapan

Pagi-Pagi Terjebak Macet di Simpang PBI

Surabaya
Rabu, 1 Mei 2024
30o
Kurs