Kamis, 18 April 2024

Sambut Hari Anak Kenalkan Permainan Tradisional di Sekolah

Laporan oleh Billy Patoppoi
Bagikan
Para guru mengajak para siswa SD Bright Kiddie bermain Cublak-Cublak Suweng, Rabu (20/7/2022). Foto: Retha suarasurabaya.net

Sambut Hari Anak Nasional dan implementasikan konsep Merdeka Belajar, Sekolah Dasar Bright Kiddie mengajak semua siswa kenakan baju kuno dan bermain permainan tradisional di sekolah, Rabu (20/7/2022).

“Acara ini digelar untuk mengenalkan anak-anak dengan permainan tradisional dan filosofi yang terkandung dibaliknya,” kata Irfan Prima Setiawan guru olahraga di SD Bright Kiddie, pada suarasurabaya.net.

Dalam kesempatan tersebut, beragam permainan mulai dari Engkle, Ular Tangga, Kucing dan Tikus, sampai Cublak-Cublak Suweng diperkenalkan pada anak-anak.

Kegiatan ini diikuti oleh siswa kelas satu sampai kelas enam secara bergantian. Khusus kelas empat, lima, dan enam ditambahkan acara mendongeng dan membuat kupu-kupu dari stick ice cream untuk membantu mengembangkan motorik halus pada anak.

Berangkat dari keprihatinanya terhadap anak-anak jaman sekarang yang mulai melupakan permainan tradisional, Irfan memilih konsep ini untuk mengajak anak-anak bergembira, dan bersosialisasi dengan baik dengan teman sebayanya.

“Selain itu, harapannya juga bisa mengurangi intervensi gadget pada anak. Selama belajar di rumah akibat pandemi kan dua tahun anak-anak terpapar gadget. Harapannya ini akan mengalihkan anak-anak dari gadget,” ungkapnya.

Pada suarasurabaya.net Irfan Prima menuturkan kekhawatirannya melihat dampak penggunaan gadget yang berlebihan pada anak.

“Konten di gadget kan bebas sekali. Bisa diakses segala usia. Nah kadang anak-anak ini terlalu dini,” kata dia.

Siswa SD Bright Kiddie sebagian berpakaian tradisional, Rabu (20/7/2022). Foto : Retha suarasurabaya.net

Irfan bercerita tentang keprihatinannya melihat anak-anak jaman sekarang lebih tertarik menjadikan influencer di youtube sebagai role model. Padahal seringkali, beberapa influencer tersebut membawakan konten yang kurang sesuai dengan usia anak.

Melalui internet, anak-anak bisa mengakses informasi dari mana saja. Selain itu, tanpa pengawasan dan pendampingan dari orang dewasa, anak-anak bisa terpapar konten berbahaya.

Hal ini dikatakan Irfan, karena anak-anak belum memiliki dasar moral yang matang dalam menetukan pilihan.

Dia menyampaikan tentang pentingnya penanaman nilai moral bagi anak-anak. Baginya, hal ini akan semakin mudah diajarkan melalui metode permainan tradisional yang menyenangkan.

“Di permainan tradisional kan mengajari untuk saling menghargai sesama teman dan membiasakan cara bersosialisasi yang baik,” katanya.

Irfan sangat puas melihat anak-anak merespon ide permainan tradisional dengan gembira sesuai ekspektasinya. “Anak-anak ternyata menyambut antusias. Bahkan tadi request bermain cublak-cublak suweng,” ucapnya.

Sebagai guru olah raga, Irfan berkomitmen akan memasukkan unsur permainan tradisional di setiap jam pelajarannya. (tha/bil/ipg)

Berita Terkait

Potret NetterSelengkapnya

Motor Tabrak Pikap di Jalur Mobil Suramadu

Mobil Tertimpa Pohon di Darmo Harapan

Pagi-Pagi Terjebak Macet di Simpang PBI

Surabaya
Kamis, 18 April 2024
32o
Kurs