Kabupaten Sumenep di Pulau Madura, Provinsi Jawa Timur (Jatim), dalam beberapa tahun terakhir jadi salah satu daerah yang banyak dikunjungi wisatawan. Ini karena kabupaten yang punya julukan The Soul of Madura tersebut punya destinasi wisata beragam, mulai bahari, religi, hingga geologi.
Achmad Fauzi Wongsojudo Bupati Sumenep memastikan kalau seluruh objek wisata unggulan di kabupaten yang dipimpinnya itu, dibangun berbasis masyarakat.
“Jadi pemerintah hanya mendorong masyarakat dengan potensi yang ada melalui badan usaha milik desanya (BUMDes) untuk mendorong potensi ini menjadi destinasi wisata,” ucapnya dalam kunjungan ke Radio Suara Surabaya, Jumat (22/9/2023).
Dia mencontohkan destinasi wisata Gili Labak, yang terkenal dengan wahana diving dan snorkeling seluruhnya dikelola dan dilaksanakan oleh warga setempat. Warga tersebut dibekali dengan pelatihan hingga pemberian lisensi.
Menurutnya, hal tersebut merupakan tanggung jawab pemerintah terkait pemberdayaan sumber daya masyarakat. Termasuk, peningkatan skill dan edukasi.
“Kalau di Gili Labak misalnya, diving dan snorkeling maka sumber daya manusianya, mereka pasti kita ajarkan, kita sekolahkan terkait dengan diving dan snorkeling sehingga nanti dapat lisensinya mereka. Karena diver itu gak bisa menyelam kalau gak ada lisensinya,” tambahnya.
Kata dia, ciri khas dari destinasi wisata di Sumenep yang terus dipertahankan adalah menjadikan tamu sebagai raja.
“Jadi namanya tamu bener-bener harus dijaga satu sama lain, bahu-membahu jangan sampai pernah tamu datang ke Sumenep merasa tidak nyaman karena warganya sendiri gak sopan, cuek-cuek misalnya, bahkan sampai ada barang yang hilang. Itu yang sangat kami jaga semua dan selama ini Alhamdulillah tidak ada satupun informasi (keluhan) yang kami dapatkan dari seluruh destinasi wisata kita yang ada,” ungkapnya.
Tokoh muda Madura itu juga mengungkap masih ada PR lain berupa biaya wisata, khususnya waktu masuk masa liburan. Tapi, dia menegaskan tetap ada kontrol terkait masalah itu, termasuk biaya transportasi yang kadang naik.
“Ini kalau sudah ramai pasti ada yang nakal, walaupun sudah kita bentuk komunitasnya, komitmen bersama, tapi kadang ada yang diam-diam menaikan misalnya harga Rp40.000 jadi Rp70.000. Kita panggil, kita satukan agar jangan sampai terjadi seperti ini ini karena akan merugikan kita semua,” ujarnya.
Cak Fauzi juga berkomentar waktu disinggung soal banyaknya poster, pamflet bergambar dirinya beredar di warung-warung hingga yang tertempel di angkutan umum wilayah luar Madura.
Dia menyebut, poster-poster tersebut merupakan bentuk sosialisasi dan promosi mengajak masyarakat datang ke Kabupaten Sumenep, menikmati keanekaragaman wisata yang sudah dikembangkan disana.
“Jadi pola cara promosi kita itu memang unik ya, kita coba pasang beberapa spanduk misalnya di toko klontong ya itu mengajak masyarakat ayo berwisata ke Semenep. Karena memang target jangka pendek kita ini memang wisatawan Jawa Timur, lalu ada di beberapa bus ya memang kita pasang itu tujuannya memang untuk mengajak wisatawan,” ucapnya.
Fauzi mengakui pascapandemi Covid-19, yang paling dimungkinkan dijual untuk mendorong percepatan perekonomian adalah sektor pariwisata. Menurutnya dengan promosi unik di angkutan umum hingga warung kelontong tersebut, masyarakat akan semakin penasaran dengan Sumenep.
“Saya cuma numpang saja, oh ini bupatinya maksudnya gitu kan ya. Tujuannya cuma satu sebenarnya, saya mendorong bagaimana pertumbuhan ekonomi kita semakin baik yang tadinya 3,6 tahun 2021, tahun 2022 jadi 5,02. Nah itu salah satu dampak terkait dengan kita dorong wisata yang ada di Kabupaten Sumenep,” tandasnya. (bil/iss)