Otorita Ibu Kota Nusantara (IKN) mulai membahas konsep pengembangan seni dan budaya dengan menggandeng sembilan perguruan tinggi di Indonesia.
Pantauan suarasurabaya.net Forum Group Discussion (FGD) Otorita IKN, seniman, dan perguruan tinggi seni negeri maupun swasta itu digelar di salah satu hotel Surabaya hari ini, Jumat (8/9/2023).
Suwito Direktur Pelayanan Dasar Otorita IKN menyebut, FGD ini bertujuan menghasilkan kolegium atau organisasi untuk memudahkan pengembangan seni dan budaya.
“Bisa berupa penelitian, pemberdayaan masyarakat, bahkan membuat kampus seni dan budaya,” jelas Wito sapaan akrabnya, Jumat (8/9/2023).
Langkah ini penting untuk memulai bertahap pembangunan IKN tak hanya fisik tapi juga nilai seni dan budaya.
“Membuat komunitas gak cukup gedung aja tapi, perlu ruh dalam komunitas. Nilai-nilai baik itu ada dibudaya ,seni. Nanti bisa melahirkan komunitas yang punya nilai baik untuk pengembangan Otorita IKN,” tandasnya.
Prof. Dr. I Wayan Adnyana, S. Sn., M. Sn. Rektor Institut Seni Indonesia (ISI) Denpasar menyebut, setidaknya ada empat hal yang diusulkan dalam FGD hari ini.
“Pertama, teruwjud kolegium nasional seni untuk IKN, terbangunnya komunitas talenta inovasi, kemudian perguruan tinggi seni, terakhir pendirian SMK-SMK vokasi,” bebernya.
Total ada sembilan perguruan tinggi yang terlibat, dua di antaranya PTS, tujuh lainnya PTN.
“ISBI Aceh, ISI Padang Panjang, IKJ Jakarta, ISBI Bandung, ISI Surakarta, ISI Yogyakarta, ISI Denpasar, STKW Surabaya, dan ISBI Tanah Papua,” tandasnya.
Sementara dari kalangan seniman, Zainal Dharma Abidin budayawan asal Kalimantan Timur sekalugus Wakil Ketua Umum Komite Seni Budaya Nusantara mengatakan, terbuka menerima kedatangan penghuni baru termasuk terjadinya asimilasi budaya.
“Siapapun pendatang di sana (IKN), pasti akan muncul kebudayaan baru. Seperti di Jakarta, muncul bahasa-bahasa yang kita gak tahu ragamnya. Di IKN juga gitu nanti. Tapi kita gak khawatir karena kita punya filter dan punya acuan Undang-Undang (UU),” tegasnya.
Butet Kartaredjasa seniman Indonesia asal Yogyakarta juga menilai, pengembangan seni budaya penting untuk sebuah ibu kota negara.
“Jakarta itu menjadi ibu kota, menjadi sejarah pengawal. Manusia yang berada di Jakarta itu mempunyai akar kebudayaan. Kita bisa bayangkan, mungkin hutan yang kosong diisi ribuan manusia akar kebudayaannya berbagai macam. Aspek seni dan budaya sangat berbahaya. Ini juga dipikir infrastruktur kebudayaan. Adat-istiadat. Tata cara, tata krama. Itu yang harus dipikirkan. Melalui seni. Kesadaran kenusantaraan diolah dipikirkan,” bebernya. (lta/iss)