Kamis, 25 April 2024

Pakar Geologi ITS Jelaskan Tanda Awal Bencana Tanah Longsor

Laporan oleh Dhafintya Noorca
Bagikan

Amien Widodo pakar geologi dari Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya menjelaskan tanda-tanda awal bencana alam tanah longsor.

Menurut Amien, saat mengudara di Radio Suara Surabaya, Selasa (4/4/2023) tanda-tanda awal ini harus dikenali oleh masyarakat untuk meminimalisir dampak yang ditimbulkan.

“Tanda yang jelas ada retakan dan pada waktu musim hujan tambah besar, sering orang menyebut tanah gerak atau tanah ambles. Dan tanda lain kayak pintu rumah nggak bisa dibuka padahal dulunya bisa dibuka, tiang listrik miring, pohon miring,” ujarnya.

Tanda-tanda alam ini harus diperhatikan masyarakat yang tinggal di wilayah pegunungan, karena longsor sebagian besar terjadi di kawasan gunung berapi yang sedang tertidur.

“Longsor sebagian besar terajdi di wilayah pegunungan, dalam hal ini daerah gunung berapi atau gunung berapi yang sedang tidur seperti Wilis, Lawu, gunung daerah Bondowoso, Argowayang, Anjasmoro,” jelas Amien.

Pihaknya juga meminta agar masyarakat yang mengetahui tanda-tanda tersebut sekecil apapun supaya bisa lapor ke pemerintah setempat agar dapat dilakukan survei mendetail.

Dalam kesempatan tersebut Amien juga menyoroti ‘SOP tidak tertulis’ di wilayah rawan longsor yaitu apabila muncul retakan maka masyarakat akan mengungsi di malam hari kemudian paginya kembali lagi ke rumahnya.

“SOP itu sudah harus ditinggalkan kalau sudah retak. Karena longsor ternyata bisa terjadi di siang hari, itu yang terjadi di Banaran pagi hari sehingga korbannya menjadi banyak,” katanya.

Sementara terkait langkah mitigasi, Amien menyebut, dari Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi telah membuat peta dan memetakan daerah-daerah mana saja yang rawan longsor di Tanah Air. Peta ini bisa digunakan pemerintah setempat untuk melakukan pemetaan secara detail dan kajian mendalam terkait kerawanan bencana di daeragnya.

Selain itu langkah mitigasi juga telah dilakukan dengan membuat alat Early Warning System (EWS) longsor, yang didatangkan dari luar negeri serta bekerja sama dengan Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta.

Dalam penelitiannya, ITS saat ini sedang mengembangkan untuk membuat alat EWS longsor yang bisa dibuat juga oleh masyarakat.

“Nanti ada dua rencananya (alat EWS longsor), pertama secara mekanik model tarikan. Kedua membuat alat yang sifatnya agak lebih canggih, semacam alat tiltmeter, kalau dia bergerak dia kan mengirim data ke alat tadi,” pungkasnya.(dfn/ipg)

Berita Terkait

Potret NetterSelengkapnya

Motor Tabrak Pikap di Jalur Mobil Suramadu

Mobil Tertimpa Pohon di Darmo Harapan

Pagi-Pagi Terjebak Macet di Simpang PBI

Surabaya
Kamis, 25 April 2024
26o
Kurs