Kamis, 2 Mei 2024

Pemkot Surabaya Jadi Kota Terbaik Intervensi Stunting dan Penurunan AKI

Laporan oleh Meilita Elaine
Bagikan
Dinkes Surabaya saat menerima penghargaan kota terbaik intervensi stunting dan penurunan AKI se-Jatim, Rabu (26/7/2023). Foto: Diskominfo Kota Surabaya

Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya mendapat penghargaan kota terbaik dalam intervensi stunting dan penurunan angka kematian ibu (AKI) se-Jawa Timur (Jatim).

Dua penghargaan diberikan Khofifah Indar Parawansa Gubernur Jatim saat Rapat Koordinasi Prioritas Pembangunan Kesehatan Provinsi Jawa Timur, Rabu (26/7/2023) malam lalu.

Nanik Sukristina Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Surabaya mengatakan, indikator yang dijadikan penilaian penurunan AKI terbaik adalah tren jumlah kematian Ibu tahun 2018, 2019, 2020, 2022 dan 2023 sampai bulan Juli.

“Penghargaan capaian terbaik intervensi spesifik stunting diraih oleh Kota Surabaya menduduki urutan terbaik I,” kata Nanik, lewat keterangannya resmi yang diterima suarasurabaya.net, Sabtu (29/7/2023).

Indikator lainnya, tren penurunan kasus stunting bulan Januari sampai dengan Juni 2023 berdasarkan E-PPGBM, jumlah balita bermasalah gizi (underweight, wasting, dan stunting) di E-PPGBM memiliki persentase kumulatif terendah di Jatim, serta entrian data di aplikasi E-PPGBM konsisten tinggi dengan pelaksanaan upaya, inovasi pencegahan dan penanggulangan stunting.

“Terima kasih kepada seluruh warga Surabaya yang telah bersama-sama bahu-membahu menurunkan angka stunting dan angka kematian ibu melahirkan demi terciptanya masyarakat dan generasi penerus yang sehat,” ujar dia.

Upaya lainnya, penyuluhan terkait pentingnya asupan, kesehatan anak serta pemilihan bahan dan tekstur makanan yang tepat sesuai usia dan kebutuhan anak.

“Pemberian kudapan permakanan tinggi protein, PKMK (pangan olahan untuk keperluan medis khusus), PDK (pangan untuk keperluan diet khusus),  dan biskuit dari Kemenkes. Pemantauan dan perkembangannya selalu dikontrol oleh tenaga kesehatan di fasyankes (pemeriksaan kesehatan),” ungkapnya.

Terkait intervensi, lanjutnya, juga dimulai saat remaja, seperti penguatan kepatuhan dalam mengkonsumsi tablet tambah darah (TTD) pada remaja putri, di mana Dinkes Surabaya menarget zero growth stunting.

“Selanjutnya untuk calon pengantin (catin) intervensi MMS dan KIE. Lalu untuk ibu hamil yang memiliki KEK diberikan dengan pendampingan, permakanan dan pemberian susu,” pungkasnya. (lta/bil/iss)

Berita Terkait

Potret NetterSelengkapnya

Massa Hari Buruh Berkumpul di Frontage Ahmad Yani

Motor Tabrak Pikap di Jalur Mobil Suramadu

Mobil Tertimpa Pohon di Darmo Harapan

Surabaya
Kamis, 2 Mei 2024
29o
Kurs