Kamis, 28 Maret 2024

Sampah Meningkat di Bulan Ramadhan, Gerakan Kurangi Sampahmu Digemakan

Laporan oleh Ika Suryani Syarief
Bagikan
Ilustrasi. Kantong plastik atau tas kresek. Foto: Pixabay

Wawan Some, Koordinator Komunitas Nol Sampah Surabaya mengajak masyarakat Kota Surabaya untuk meminimalkan penggunaan plastik dan mengurangi sampah makanan selama bulan ramadan.

“Faktanya selama ramadan, sampah makanan akan naik hampir sepertiga kali lipat dibanding hari biasa. Otomatis juga membuat biaya pengangkutan meningkat,” ujarnya kepada Radio Suara Surabaya, Senin (20/3/2023).

Hasil penelitian Komunitas Nol Sampah menunjukkan sampah yang paling banyak dihasilkan warga kota pahlawan adalah sampah sisa makanan. Komposisinya mencapai 54 persen dari total sampah harian. Disusul sampah plastik sebanyak 22 persen, sampah kertas sebanyak 14 persen, lalu ranting dan daun 11 persen.

Dimana, data yang disampaikan Dinas Lingkungan Hidup kota Surabaya, rata-rata produksi sampah harian mencapai 1.100 ton sampai 1.200 ton, dan terjadi kenaikan 100 hingga 200 ton sampah perhari pada bulan puasa.

“Sampah plastik paling banyak kresek. Sepertiga atau 32 persen dari total sampah plastik adalah kresek,” tuturnya.

Selain kresek, sampah alat makan plastik sekali pakai seperti piring, sendok, gelas, dan kotak makanan akhir-akhir ini jumlahnya justru meningkat. Sebesar 18 persen dari total sampah plastik alat makan plastik sekali pakai.

Karena itu, pihaknya mengapresiasi imbauan Pemerintah Kota Surabaya yang mengimbau pembagian atau pedagang takjil untuk tidak menggunakan kresek atau kantong plastik sekali pakai. Hal ini dituangkan dalam Surat Edaran Pemkot Surabaya tentang Imbauan Bulan Ramadan Tanpa Sampah yang berlaku per 15 Maret 2023.

Wawan menyarankan masyarakat berbagi takjil dengan kemasan yang sederhana dan menggunakan plastik seminimal mungkin. Misalnya, kue yang sudah dibungkus plastik, tidak perlu dibungkus kresek lagi atau dikemas dalam wadah yang bisa digunakan lagi, misalnya tas kain. Kemudian saat membeli takjil, membawa wadah kosong sendiri dari rumah.

“Bayangkan kalau 25 ribu kader Surabaya Hebat melakukan itu dan mengajak teman-temannya,” kata dia.

Hal lain yang dapat dilakukan masyarakat untuk mengurangi sampah adalah dengan berbelanja sayur di pagi hari agar tidak banyak sayur di pedagang  yang terbuang. Lalu masak makanan secukupnya dan selalu habiskan. Untuk diketahui, sebanyak 70 persen sampah makanan berasal dari rumah tangga.

“Kalau makan di luar, kalau masih sisa, bungkus bawa pulang. Kami sedang bekerjasama dengan Universitas Ciputra untuk mendorong restoran menyediakan kotak kertas untuk membungkus kelebihan makanan ,” ujarnya.

Sebelumnya, Agus Hebi Djuniantoro Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Surabaya melalui program Wawasan di Radio Suara Surabaya kembali mengimbau masyarakat untuk bersama-sama mengurangi volume sampah selama bulan ramadan.

Pemerintah Kota Surabaya mencatat volume sampah bertambah banyak sampai 10-20 persen atau 100-200 ton setiap hari saat masa puasa.

“Kami tidak ingin mematikan roda perekonomian di Kota Surabaya, jadi bentuknya imbauan,” ujar Hebi.

Pedagang diimbau tidak menggunakan kresek lagi. Pembagian takjil sebisa mungkin jangan pakai plastik, tapi wadah yang bisa digunakan lagi.

Masyarakat kalau bisa setiap hari bawa kotak makan dan tempat minum kosong sendiri untuk wadah takjil. Masyarakat juga diharapkan mengemas hampers dengan bahan yang ramah lingkungan sehingga juga bisa menambah nilai tambah untuk penjualannya.

“Kalau volumenya naik, biayanya juga naik. Biaya pengelolaan setiap satu ton sampah dari hulu sampai hilir, mulai dari pengangkutan sampai pemusnahan mencapai ratusan ribu rupiah,” kata dia.(iss/rst)

Berita Terkait

Potret NetterSelengkapnya

Kecelakaan Mobil Porsche Seruduk Livina di Tol Porong

Mobil Tertimpa Pohon di Darmo Harapan

Pagi-Pagi Terjebak Macet di Simpang PBI

Surabaya
Kamis, 28 Maret 2024
28o
Kurs