Jumat, 3 Mei 2024

Suhu Dirasakan Lebih Panas Belakangan Ini, BMKG Pastikan Bukan Gelombang Panas

Laporan oleh Dhafintya Noorca
Bagikan
(kanan ke kiri) Eko Prasetyo Kepala Pusat Meteorologi Maritim BMKG, Dwi Budi Sekretaris Utama BMKG, dan Anung Suprayitno Kepala Stasiun Klimatologi Jatim saat berkunjung ke Suara Surabaya Media, Rabu (26/4/2023). Foto: Abdi/magang suarasurabaya.net

Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memastikan cuaca panas yang dirasakan belakangan ini bukanlah gelombang panas atau heat wave. 

Dwi Budi Sutrisno Sekretaris Utama BMKG menjelaskan, dikatakan heat wave apabila merujuk pada standar Badan Meteorologi Dunia/World Meteorological Organization (WMO) ketika cuaca selama lima hari berturut-turut lebih tinggi 5º Celcius dari suhu maksimum di suatu wilayah.

“Di Jatim suhu rata-rata sekitar 35 derajat, sedangkan kriteria WMO itu ditambah 5 harus 40 derajat. Padahal sekarang cuaca yang paling tinggi tercatat di Jatim pada 24 April 2023 mencapai 35,4º Celcius di Stasiun Geofisika Karangkates. Bukan merupakan heat wave atau gelombang panas,” ujar Dwi saat berada di Suara Surabaya, Rabu (26/4/2023).

Eko Prasetyo Kepala Pusat Meteorologi Maritim BMKG yang turut mendampingi Dwi berkunjung ke kantor Suara Surabaya Media menambahkan, fenomena suhu udara dirasakan lebih panas ini dikarenakan pergerakan semu matahari yang saat ini berada di utara garis ekuator.

“Jadi ini adalah akibat pergerakan semu matahari yang berada di sekitar ekuator yang memberikan energi maksimum di permukaan bumi. Apalagi sekarang masuk musim kemarau, otomatis jarang mendapat tutupan awan sehingga pancaran matahari akan terhujam maksimum ke permukaan bumi,” katanya.

Kondisi ini menurut Eko akan berangsur menurun hingga di bulan Juni. Setelah itu matahari akan berangsur kembali ke bumi belahan selatan dan diperkirakan Indonesia kembali mengalami cuaca ekstrem di bulan Oktober.

Anung Suprayitno Kepala Stasiun Klimatologi Jatim menyebut bahwa ini adalah fluktuasi siklus normal perputaran garis edar matahari.

“Di Indonesia relatif lebih nyaman, berdasarkan kategori WMO terhadap heat wave belum tercapai, dan rata-rata heat wave terjadi di lintang menengah dan tinggi yang sampai menelan korban jiwa,” terangnya.

Pihaknya memastikan di Jatim tidak akan terjadi heat wave yang perlu dikhawatirkan. Ia juga menyebut, saat ini adalah masa transisi dari musim hujan menuju musim kemarau sehingga tubuh yang terbiasa dengan suhu dingin akan merasakan rasa tidak nyaman.

“Hanya indeks kenyamanan tubuh, suhu ada peningkatan setengah derajat tubuh menerimanya beda,” kata Anung.

Anung menambahkan, di tahun 2023 ada potensi fenomena El Nino yang menyebabkan musim kemarau di Jatim akan sedikit di atas normal level kekeringannya baik dari cuaca panas mau pun kelembapan udara.

Masa transisi, kata Anung, biasanya ditandai dengan belokan angin. Namun hingga saat ini belokan angin tersebut belum ada meskipun Monsun Timur sudah mulai aktif.

“Anginnya yang biasa mulai kencang saat ini belum ada artinya belum aktif, belum terasa terdeteksi di kita. Itu yang mengakibatkan seolah-olah sumuk (gerah, red),” pungkasnya.(dfn/ipg)

Berita Terkait

Potret NetterSelengkapnya

Massa Hari Buruh Berkumpul di Frontage Ahmad Yani

Motor Tabrak Pikap di Jalur Mobil Suramadu

Mobil Tertimpa Pohon di Darmo Harapan

Surabaya
Jumat, 3 Mei 2024
26o
Kurs