Jumat, 26 April 2024

Unusa Tekankan Profesionalisme Guru untuk Atasi Krisis Etik

Laporan oleh Risky Pratama
Bagikan
Achmad Jazidie Rektor Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya (Unusa) saat memimpin pembacaan Sumpah Guru Indonesia dalam pelantikan dan sumpah profesi Pendidikan Profesi Guru (PPG) dalam jabatan di Auditorium Unusa Kampus B Surabaya, pada Rabu (15/3/2023). Foto: Risky suarasurabaya.net

Achmad Jazidie Rektor Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya (Unusa) menyatakan, berada di tengah perubahan zaman, guru memiliki tugas yang semakin berat, yakni untuk mengatasi krisis etik.

“Sebagai guru profesional kita harus memberi bekal kepada peserta didik agar hal yang kini telah terjadi tidak dilakukan oleh peserta didik mendatang,” ucapnya saat berada dalam pelantikan dan sumpah profesi Pendidikan Profesi Guru (PPG) dalam jabatan di Auditorium Unusa Kampus B Surabaya, pada Rabu (15/3/2023).

Ia menyampaikan, ada tiga budaya yang harus tekankan oleh guru kepada peserta didik agar krisis etik tidak terjadi. Yakni, budaya bersalah, budaya malu, dan budaya takut.

“Kita harus menanamkan kepada peserta didik tiga budaya tersebut. Tugas kita sebagai pendidik ditingkat paling dasar sungguh amat berat dan tidak ringan. Di pundak para guru masa depan negeri ini,” ucapnya.

Achmad Jazidie Rektor Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya (Unusa) bersama jajaran dalam pelantikan dan sumpah profesi Pendidikan Profesi Guru (PPG) dalam jabatan di Auditorium Unusa Kampus B Surabaya, pada Rabu (15/3/2023). Foto: Risky suarasurabaya.net

Dalam kesempatan itu, ia juga menyatakan bahwa posisi guru sangat penting untuk mencapai tujuan pendidikan di sekolah dan menyiapkan generasi penerus bangsa yang cerdas, terampil dan berakhlak mulia.

Tujuan itu, kata Jazidie, dapat dicapai secara maksimal jika guru memiliki profesionalisme yang telah ditetapkan, yakni profesionalisme pedagogik, profesionalisme sosial dan profesionalisme kepribadian.

“Guru yang profesional akan tercermin dalam pelaksanaan pengabdian tugas-tugas yang ditandai dengan keahlian baik dalam materi maupun metode. Selain itu juga ditunjukkan melalui tanggung jawabnya dalam melaksanakan seluruh pengabdiannya. Guru profesional mempunyai tanggung jawab pribadi, sosial, intelektual, moral dan spiritual,” jelasnya.

Sementara itu, Muhammad Thamrin Hidayat Dekan Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Unusa, meminta para guru agar meningkatkan literasi dasar terkait kemampuan membaca, menulis dan berhitung. Serta menekankan agar terus berpikir kritis, kreatif, dan mampu mengatasi perbedaan.

“Ini semua adalah karena tuntutan revolusi industri 4.0 oleh karena itu, para guru harus selalu belajar, sebab belajar harus dilakukan sepanjang hayat,” ucapnya.

Lebih lanjut, ia juga menyatakan jika guru harus terus menyiapkan diri untuk menghadapi tantangan zaman yang semakin kompleks.

“Saya yakin, dari wajah-wajah ini terlihat keceriaan, apalagi dalam ruangan ini. Di dalam mapmu ada sertifikat pendidik, ada kalimat sebagai guru profesional. Kita berbahagia dan bangga. Catatan kami, tolong jangan sampai melupakan sumpah yang sudah diambil,” pungkasnya.(ris/iss/ipg)

Berita Terkait

Potret NetterSelengkapnya

Motor Tabrak Pikap di Jalur Mobil Suramadu

Mobil Tertimpa Pohon di Darmo Harapan

Pagi-Pagi Terjebak Macet di Simpang PBI

Surabaya
Jumat, 26 April 2024
29o
Kurs