Minggu, 28 April 2024

Masyarakat Diimbau Bijak Gunakan Air untuk Jaga Persediaan dan Lindungi Lingkungan

Laporan oleh Muhammad Syafaruddin
Bagikan
Ilustrasi - Setetes air jatuh dari sistem irigasi di pusat penelitian yang mencari cara yang lebih efisien untuk mengairi tanaman. Foto: Reuters Ilustrasi - Setetes air jatuh dari sistem irigasi di pusat penelitian yang mencari cara yang lebih efisien untuk mengairi tanaman. Foto: Reuters

Jawa Timur (Jatim) menjadi provinsi dengan produksi air bersih terbanyak secara nasional, yang mencapai 810,82 juta m³ sepanjang 2022.

Produksi air bersih di Jatim, menduduki peringkat pertama se-Indonesia, diikuti DKI Jakarta, Jawa Tengah (Jateng) dan Jawa Barat (Jabar).

Khofifah Indar Parawansa Gubernur Jatim pada saat itu mengapresiasi kinerja baik yang dilakukan perusahaan air bersih dalam memenuhi kebutuhan air masyarakat.

Seluruh pihak terkait bisa terus meningkatkan produksi air bersih seiring dengan peningkatan permintaan air bersih untuk pemenuhan layanan dasar kesehatan masyarakat.

Adanya peningkatan layanan bagi pelanggan air bersih secara berkelanjutan, khususnya dalam memberikan respon cepat kalau terdapat gangguan distribusi air bersih pada pelanggan.

Rudhy Finansya Urban Water Specialist di USAID IUWASH Tangguh Jawa Timur mengatakan, yang perlu dipikirkan adalah bagaimana menjamin kontinuitas dari produksi air.

Upaya-upaya untuk menjaga air supaya tetap sustaine, itu yang perlu dibikirkan lebih lanjut. Karena di daerah hulu, yakni sungai Brantas, semakin lama semakin berkurang.

“Ini yang dikhawatirkan. Nanti sungai yang memberikan kontribusi terbesar dari produksi seluruh Jawa Timur ini produksinya juga makin berkurang,” kata Rudhy ketika mengudara di program Wawasan Radio Suara Surabaya pada Rabu (6/3/2024).

Ia memberikan contoh di Kabupaten Malang yang disebutnya menjadi hulu dari Sungai Brantas. Rudhy menyebut di sejumlah mata air mulai berkurang debitnya.

Berkurangnya debit air ini disebabkan berbagai hal. Mulai dari jumlah rumah yang makin besar, hingga perubahan iklim.

“Mata air itu diibaratkan dispenser. Kalau tidak diisi, lama-lama habis. Sama dengan mata air. Isinya kan air hujan,” jelasnya.

Oleh sebab itu, ia menekankan tentang pentingnya melakukan konservasi air. Gunanya untuk menjamin kelangsungan produksi air.

“Seperti yang ditulis di berbagai jurnal ilmiah, tahun 2050 itu akan ada krisis air, dan akan dimulai pada 2025. Hal inilah yang membuat kami khawatir,” imbuhnya.

Oleh sebab itu, ia mengimbau untuk menggunakan air secara bijak. Hal-hal kecil seperti memeriksa kran sebelum tidur, bisa membantu memperpanjang kelangsungan air.

Idealnya untuk masyarakat perkotaan menggunakan 120 liter air per hari. Atau standar minimalnya 10 kubik air per bulan per rumah tangga. (saf/ipg)

Berita Terkait

Potret NetterSelengkapnya

Motor Tabrak Pikap di Jalur Mobil Suramadu

Mobil Tertimpa Pohon di Darmo Harapan

Pagi-Pagi Terjebak Macet di Simpang PBI

Surabaya
Minggu, 28 April 2024
33o
Kurs