Sabtu, 18 Mei 2024

PBB Peringatkan Sudan akan Hadapi Krisis Kelaparan Terbesar di Dunia

Laporan oleh Muhammad Syafaruddin
Bagikan
Para perempuan yang melarikan diri dari Sudan yang dilanda perang, mengantre untuk menerima jatah makanan di pusat transit Komisaris Tinggi PBB untuk Pengungsi (UNHCR) di Renk, Selatan Sudan. Foto: Reuters Para perempuan yang melarikan diri dari Sudan yang dilanda perang, mengantre untuk menerima jatah makanan di pusat transit Komisaris Tinggi PBB untuk Pengungsi (UNHCR) di Renk, Selatan Sudan. Foto: Reuters

Program Pangan Dunia (WFP) PBB menyuarakan kekhawatiran mengenai situasi di Sudan. Mereka mengatakan bahwa negara Afrika tersebut berada di ambang krisis kelaparan terbesar di dunia.

Leni Kinzli juru bicara WFP di Sudan mengatakan, program PBB itu memperingatkan bahwa waktu hampir habis untuk mencegah kelaparan. Sekaligus meningkatnya bentrokan di El Fasher menghambat pengiriman bantuan kemanusiaan ke wilayah tersebut.

“Satu tahun konflik yang menghancurkan di Sudan telah menciptakan bencana kelaparan yang belum pernah terjadi sebelumnya dan mengancam akan memicu krisis kelaparan terbesar di dunia,” katanya dilansir Antara, Sabtu (4/5/2024).

Dia juga menambahkan bahwa bantuan pangan terbatas di wilayah El Fasher dan Darfur karena pertempuran dan hambatan birokrasi yang tiada akhir.

Selain itu, Kinzli menyebutkan bahwa mereka berupaya menjangkau 700 ribu orang sebelum awal musim hujan saat jalan masih dapat digunakan dan mereka memiliki 8 ribu ton stok makanan di Chad, namun distribusi makanan terhambat karena adanya kendala.

Menyoroti kebutuhan mendesak WFP akan akses tanpa hambatan dan jaminan keamanan, dia menekankan bahwa meningkatnya konflik di El Fasher sangat berdampak pada 1,7 juta orang yang sudah menderita kelaparan.

Sementara itu, mengingat sekitar 28 juta orang di Sudan dan Sudan Selatan menghadapi kerawanan pangan, Kinzli meminta komunitas internasional untuk mengambil tindakan.

Lebih lanjut, Kinzli mengingatkan pihak-pihak di Sudan akan kewajiban mereka untuk mematuhi hukum kemanusiaan internasional.

Tentara Sudan menguasai El Fasher dan didukung oleh gerakan bersenjata yang menandatangani perjanjian perdamaian Juba dengan pemerintah pada 2020.

Sebelumnya, perang di Sudan pecah pada April 2023, karena perbedaan pendapat mengenai pengintegrasian pasukan paramiliter Sudan (RSF) ke dalam angkatan bersenjata antara Jenderal Angkatan Darat Sudan Abdel Fattah al-Burhan dan komandan RSF Mohamed Hamdan Dagalo.

Konflik tersebut telah menyebabkan krisis kemanusiaan yang menghancurkan, dan bentrokan telah menewaskan hampir 16 ribu orang dan membuat jutaan orang mengungsi.

Lalu pada 29 Maret, Sudan mengajukan pengaduan ke Dewan Keamanan PBB terhadap Uni Emirat Arab (UAE) karena diduga mendukung RSF, namun tuduhan itu dibantah oleh UAE. (ant/sya/saf)

Berita Terkait

Potret NetterSelengkapnya
Kurs
Exit mobile version