Sabtu, 5 Oktober 2024

Psikiater: Support System dan Tempat Bercerita Penting Cegah Keinginan Orang Akhiri Hidup

Laporan oleh Billy Patoppoi
Bagikan
Ilustrasi. Depresi. Foto: Pixabay

Kasus mahasiswi 20 tahun meninggal bunuh diri dengan melompat dari sebuah apartemen kawasan Surabaya Barat, Rabu (18/9/2024) pagi, menjadi duka dan dapat perhatian banyak pihak, salah satunya dari kalangan psikiater.

Dokter (dr.) Damba Bestari Psikiater Rumah Sakit Universitas Airlangga (RS Unair) Surabaya mengatakan, dari faktor usia, umur 15 sampai 29 tahun termasuk rentan dalam mengontrol rasa kesepian. Meski demikian, soal kejadian bunuh diri, dia menyebut penyebabnya multifaktorial.

“Jadi memang kita nggak bisa menyederhanakan juga ya bahwa itu karena putus cinta atau apa, ya tentu ada banyak hal lain mungkin ya,” ujar dr. Dona sapaan akrabnya kepada Radio Suara Surabaya, Rabu sore.

Diberitakan sebelumnya, polisi menyebut mahasiswi yang bunuh diri tersebut diduga karena motif putus cinta. Pasalnya, polisi menemukan barang bukti berupa tas, handphone, dan laptop milik korban. Sehari sebelum bunuh diri, korban sempat mengirimkan pesan selamat tinggal ke sang mantan pacar.

Selain itu, korban juga berkirim pesan ke sang sahabat untuk menyampaikan permintaan maaf ke orang tua dan kakaknya.

Sementara soal para pelaku bunuh diri yang seringkali dikaitkan dengan tipikal pendiam dan introvert, dr. Donna sapaan akrabnya mengatakan berdasarkan pengalamannya mengikuti pelatihan mental health first aid atau pertolongan pertama kesehatan mental, hal tersebut merupakan mitos.

“Bahwa kalau orang yang introvert itu apakah mereka lebih rentan untuk melakukan usaha untuk mengakhiri hidup, atau lebih rentan depresi, atau gangguan mental lain, ternyata enggak, karena tergantung juga dengan faktor-faktor lain,” jelasnya.

Faktor-faktor lain itu, menurutnya bisa karena kurangnya support siystem dari orang-orang terdekat. Dia mencontohkan ada orang-orang tipikal extrovert dengan banyak kenalan justru tak punya teman yang benar-benar dekat, atau yang benar-benar bisa dipercaya.

“Tapi ada juga kenalan saya yang orangnya relatif temannya nggak terlalu banyak, tapi dia punya teman-teman dekat, tempat dia venting (bercerita), tempat dia mencari bantuan, justru itu bisa jadi alasan dia untuk bertahan,” bebernya.

Memang tak mudah mencari sosok yang dipercaya bisa menjadi tempat bercerita soal masalah-masalah kita. Menurut dr. Donna, seringkali justru sosok yang jadi tempat bercerita justru tak bisa menjaga rahasia.

Paling tidak, sosok tersebut adalah orang yang bisa menemani di saat kita berada di titik terendah, atau di saat-saat sulit.

“Kita mungkin bisa ingat-ingat, siapa sih teman-teman kita yang relatif nyaman, kita bisa banyak cerita sama dia. Tentunya sifatnya itu mutual, jadi kita juga berusaha menemani ketika dia butuh, dan sebaliknya,” ucapnya.

Meski demikian, Donna mengingatkan support system tentu tidak hanya dari teman. Selain keluarga, jika statusnya mahasiswa bisa ke dosen, atau profesional seperti psikiater sebagai tempat untuk bercerita.

“Karena kalau profesional, psikolog klinis atau psikiater, itu kan memang sudah etika dan semua profesi ya, untuk tidak menghakimi atau tidak membocorkan rahasia,” jelasnya.

Donna menegaskan kasus bunuh diri merupakan masalah kesehatan masyarakat yang bukan hanya ranah klinis yang bisa ditangani dokter, psikolog maupun tenaga kesehatan lainnya. Tapi bisa ditangani oleh yang paling dekat, dalam hal ini lingkungan, baik kerja maupun keluarga.

Dia membeberkan caranya ada tiga. Pertama, loook atau dicari. Jika di lingkungan kerja ada teman yang biasanya ceria berubah jadi sosok yang sedih dan murung, cobalah untuk didekati dan ditawarkan bantuan.

“Kedua, listen atau didengarkan. Kalau kita misalnya, dia sudah mau cerita, kita harus lebih banyak mendengarkan. Dia nggak butuh nasihat, nggak butuh ceramah pada saat-saat seperti itu. Dia butuh didengarkan, divalidasi emosinya, dan disentuh rasa sakitnya. Karena bunuh diri itu biasanya bukan untuk mengakhiri hidup tapi masalahnya,” sambungnya.

“Terakhir yang ketiga, link atau hubungkan dengan support system hingga akses ke profesional,” pungkasnya.

PERINGATAN: Berita ini tidak bertujuan menginspirasi tindakan bunuh diri.

Jika Anda memerlukan layanan konsultasi masalah kejiwaan, jangan ragu bercerita, konsultasi, atau memeriksakan diri ke psikiater di rumah sakit yang memiliki fasilitas layanan kesehatan jiwa. Terlebih apabila pernah terbersit keinginan melakukan percobaan bunuh diri.

Untuk konsultasi, Anda dapat menghubungi nomor hotline Psikolog Klinis Rumah Sakit Jiwa Menur di 081-3472-753-07 via WhatsApp, setiap Senin-Kamis: 08.00-19.00 dan Jumat: 08.00-13.00 WIB. Atau mengakses layanan Love Inside Sucide Awareness (LISA) Kementerian Kesehatan di Call Center 119 atau hotline 08113855472. (bil/ipg)

Berita Terkait

..
Potret NetterSelengkapnya

Kebakaran Pabrik Plastik di Kedamean Gresik

Kecelakaan Mobil Box di KM 12 Tol Waru-Gunungsari

Pipa PDAM Bocor, Lalu Lintas di Jalan Wonokromo Macet

Surabaya
Sabtu, 5 Oktober 2024
30o
Kurs