Jumat, 25 Oktober 2024

Sungai Surabaya Kembali Muncul Busa, DLH Sebut Faktor Turbulensi di Rumah Pompa

Laporan oleh Meilita Elaine
Bagikan
ECOTON saat mengambil sampel sungai berbusa di Mulyorejo Surabaya, Kamis (6/6/2024). Foto: ECOTON

Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Surabaya memastikan munculnya busa di sungai kawasan Mulyorejo pada Kamis (6/6/2024) karena turbulensi di rumah pompa, bukan industri.

“Busa yang muncul di sana dikarenakan limbah deterjen terkena turbulensi dari rumah pompa, bukan karena industri,” kata Dedik, Kamis (6/6/2024).

Turbulensi terjadi, sambungnya, karena debit air sungai menyusut saat musim kemarau.

“Perbandingannya tidak seimbang antara air dan deterjen. Kalau debit airnya tinggi tidak muncul seperti ini, endapan di dasar sungai juga terangkat,” ucapnya.

Untuk mengatasi persoalan serupa, Dedik menyebut, butuh instalasi pengolahan air limbah (IPAL) komunal yang terpasang di kawasan permukiman penduduk sekitaran sungai.

Fungsi IPAL adalah mengolah limbah domestik, misalnya deterjen atau sabun cuci. Apalagi jika di suatu wilayah banyak jasa cuci baju.

“Untuk IPAL sekarang kewenangannya ada di Dinas Sumber Daya Air dan Bina Marga, di beberapa wilayah sudah ada,” ujarnya.

Upaya lain, DLH mengimbau masyarakat lebih memprioritaskan penggubaan deterjen rendah busa.

Sementara, Alaika Rahmatullah Tim Peneliti ECOTON menyatakan sudah mengambil sampel air sungai di Mulyorejo yang masuk kategori kelas dua, untuk irigasi, sarana wisata, dan tambak. Di mana baku mutu standar oksigen di dalam air harusnya di angka empat namun ternyata menurun drastis.

“Tapi ternyata ketika di lihat hasilnya 0,5, artinya ada penurunan secara drastis. Terus kemudian dari fosfatnya sampai menyentuh 5,3. Padahal baku mutunya ada sendiri 0,2 untuk kualitas sungai kelas 2,” kata Alaika.

Sedangkan untuk kandungan senyawa amonia berada di angka 21, padahal standarnya 0,2.

Hasil sampel itu, kata dia sudah mampu menggambarkan bahwa buangan limbah ke sungai tidak terkelola dengan baik.

“Artinya jadi bio akumulasi, apabila fosfatnya tinggi itu ada kontaminasi sulfatan di sana. Sulfatan itu salah satu sumbernya adalah dari detergen,” katanya.

Ia meminta Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya secepatnya menangani persoalan ini.

“Pemerintah memberikan IPAL Komunal, kemudian ormalisasi dungai, dan hingga saat ini masih belum ada penanganan,” tandasnya. (lta/saf/ham)

Berita Terkait

Potret NetterSelengkapnya

Teriknya Jalan Embong Malang Beserta Kembang Tabebuya

Bunga Tabebuya Bermekaran di Merr

Kebakaran Pabrik Plastik di Kedamean Gresik

Surabaya
Jumat, 25 Oktober 2024
36o
Kurs