Sedikitnya 146 warga Palestina dilaporkan meninggal akibat serangan udara Israel di Jalur Gaza selama 24 jam terakhir.
Serangan terbaru ini terjadi di tengah eskalasi konflik yang terus meningkat, dengan militer Israel bersiap melakukan operasi darat lanjutan di wilayah kantong tersebut.
Menurut otoritas kesehatan Gaza, 459 orang terluka akibat serangan Israel dalam 24 jam terakhir.
Jumlah tersebut menjadikan gelombang serangan ini sebagai salah satu fase pemboman paling mematikan sejak berakhirnya gencatan senjata pada Maret lalu.
“Sejak tengah malam, kami menerima 58 jenazah syuhada, dan banyak lagi korban masih tertimbun reruntuhan. Situasi di rumah sakit sangat memprihatinkan,” kata Marwan Al-Sultan Direktur Rumah Sakit Indonesia di Gaza Utara, dilansir dari Reuters pada Sabtu (17/5/2025).
Militer Israel pada Sabtu menyatakan pihaknya melancarkan serangan berskala besar dan tengah memobilisasi pasukan dalam persiapan untuk memperluas operasi di Gaza.
Langkah ini disebut sebagai bagian dari fase awal “Operasi Kereta Gideon”, yang bertujuan untuk menghancurkan kekuatan militer Hamas dan membebaskan para sandera yang masih ditahan.
Seorang pejabat pertahanan Israel sebelumnya menyebut bahwa operasi besar-besaran ini sengaja ditunda hingga Donald Trump Presiden AS menyelesaikan kunjungannya di Timur Tengah.
Trump mengakhiri lawatannya pada Jumat tanpa adanya terobosan signifikan menuju gencatan senjata baru.
Di sisi lain, tekanan internasional terhadap Israel terus meningkat. Tom Fletcher Kepala bantuan kemanusiaan PBB memperingatkan risiko kelaparan masif di Gaza akibat blokade bantuan yang sudah berlangsung selama 76 hari.
Ia mendesak Dewan Keamanan PBB untuk bertindak guna “mencegah genosida”.
Trump, dalam pernyataan terakhirnya, mengakui krisis kemanusiaan yang memburuk di Gaza dan menekankan perlunya pengiriman bantuan segera. (saf/faz)
NOW ON AIR SSFM 100
