
Pembuangan sampah di sungai masih menjadi masalah bersama di tiap daerah. Menurut catatan Yudi Susanto Head Operation Java Region Sungai Watch, sejak 2020 hingga 23 Juni 2025 lalu, sebelas station Sungai Watch yang tersebar di Jawa Timur dan Bali, telah mengangkut kurang lebih 3,7 juta kilogram sampah.
“Kami ada tujuh station tersebar di Bali, tiga di Banyuwangi, dan satu di Sidoarjo. Total sampah yang kami panen, ada 3,7 juta kilogram,” terangnya, Senin (28/7/2025).
Yudi menambahkan, rata-rata satu trash barrier yang biasa digunakan untuk mengangkut sampah di sungai, berisi hingga 800 kilogram.
Paling banyak, satu station bisa mengumpulkan 1,2 ton sampah dalam satu hari.
“Ini menunjukkan tingkat kesadaran masyarakat terhadap masalah pembuangan sampah di sungai masih cukup kurang. Padahal, di daerah-daerah itu sudah mulai digalakkan program TPS3R atau tempat pembuangan sampah dengan sistem reduce, reuse, dan recycle,” jelasnya.
Karena biasanya program TPS3R berbayar, lanjut Yudi, masyarakat selalu punya cara lain untuk tidak mengikuti atau menghindari pembayaran.
Yaitu dengan membuang sampah ke sungai.
Berdasar pengamatan Komunitas Sungai Watch di lapangan, kebiasaan ini dimiliki hampir oleh seluruh warga masyarakat.
“Kalau kita lihat, artinya masyarakat ini punya karakter yang sama meski tidak semua. Jalan keluar yang bisa kami tawarkan adalah tetap tidak berhenti memberikan edukasi,” tambahnya.
Selain edukasi membuang sampah pada tempatnya, Yudi juga kerap menyampaikan pada warga masyarakat bahwa beberapa sampah memiliki nilai ekonomis jika mau dipilah terlebih dulu.
“Memilah sampah secara mandiri nggak hanya memudahkan petugas, tapi juga menguntungkan masyarakat. Beberapa sampah masih memiliki nilai meski harus dikumpulkan sampai jumlah tertentu,” tutupnya. (kir/saf/ipg)