Selasa, 9 Desember 2025

Alihkan Program CSR ke Lokasi Bencana Ekologis Sumatera, FKBI Minta Perusahaan Tidak Jadikan Ajang Promosi

Laporan oleh Muchlis Fadjarudin
Bagikan
Kayu gelondongan yang terbawa banjir menutup area masjid dalam bencana banjir di Sumatra. Foto: ANTARA FOTO

Forum Konsumen Berdaya Indonesia (FKBI) mendorong perusahaan swasta maupun BUMN mengalihkan program Corporate Social Responsibility (CSR) ke wilayah-wilayah terdampak bencana ekologis di Pulau Sumatra. Pasalnya, hingga kini masyarakat korban banjir bandang dan bencana ekologis lainnya masih membutuhkan bantuan natura maupun finansial dalam jumlah besar.

Tulus Abadi Ketua FKBI mengatakan bahwa pemulihan masyarakat pascabencana berjalan lambat karena kehadiran negara dinilai belum sepenuhnya mampu menjangkau seluruh kebutuhan warga di lapangan. Ia menyebut, meski gerakan donasi publik cukup masif, bantuan tersebut belum cukup untuk mempercepat proses pemulihan.

“Masyarakat korban bencana ekologis di Sumatera masih sangat memerlukan bantuan. Untuk mengakselerasi pemulihan, keterlibatan sektor swasta sangat mendesak. Program CSR perlu diprioritaskan ke lokasi bencana,” ujar Tulus dalam keterangan yang diterima suarasurabaya.net, Selasa (9/12/2025).

Tulus mengingatkan bahwa Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas mewajibkan setiap perusahaan mengalokasikan 2–4 persen dari keuntungan bersih untuk program CSR. Menurutnya, ketentuan ini menjadi dasar kuat untuk mengarahkan bantuan perusahaan secara lebih terstruktur ke wilayah terdampak bencana.

Namun, Tulus menegaskan ada sejumlah catatan penting yang harus dipatuhi perusahaan agar program CSR benar-benar bermanfaat bagi masyarakat.

Pertama, CSR tidak boleh dijadikan kedok promosi produk. Menurutnya, praktik tersebut tidak hanya tidak etis, tetapi juga berpotensi mengeksploitasi kondisi korban bencana.

“Program CSR harus murni untuk membantu korban. Tidak boleh ada promosi terselubung atau terang-terangan, apalagi jika perusahaan memproduksi barang yang punya dampak kesehatan seperti rokok atau minuman manis dalam kemasan,” tegasnya.

Kedua, ia menilai promosi di area bencana dalam bungkus CSR merupakan tindakan tidak berempati. Tulus mengingatkan perusahaan agar tidak menjadikan warga terdampak sebagai objek iklan.

Selain bantuan kebutuhan dasar seperti makanan, obat-obatan, dan energi, FKBI mendorong perusahaan menyalurkan CSR untuk program yang bersifat produktif dan berjangka panjang.

Tulus menilai banyak masyarakat kehilangan sumber penghasilan setelah banjir bandang menghancurkan berbagai sektor ekonomi, mulai dari nelayan, petani, hingga pelaku UMKM.

“Program CSR seharusnya juga diarahkan untuk kegiatan yang berkesinambungan. Masyarakat butuh dukungan untuk bangkit dan kembali produktif setelah kehilangan mata pencaharian,” katanya.

Ia berharap CSR perusahaan dapat mengentaskan warga dari jerat bencana ekologis dan kemanusiaan yang masih dialami sebagian besar masyarakat di berbagai wilayah Sumatra.(faz/lta/ham)

Berita Terkait

Potret NetterSelengkapnya

Perpaduan Macet dan Banjir di Kawasan Banyuurip-Simo

Banjir Menggenangi Sidosermo 4

Kecelakaan Bus Vs Truk Gandeng di Jembatan Suramadu

Perpaduan Hujan dan Macet di Jalan Ahmad Yani

Surabaya
Selasa, 9 Desember 2025
29o
Kurs