
Azrul Ananda Kepala Sekolah Azrul Ananda School of Suffering (AA SoS) dan Founder Mainsepeda menilai, Kota Surabaya punya iklim olahraga yang menarik antusias masyarakatnya.
Namun, menurutnya antusias itu masih sebatas penonton dan komentator, belum pelaku aktif kegiatan olahraga itu sendiri, khususnya sebelum Pandemi Covid-19.
Hal itu disampaikan Azrul, saat mengudara di Radio Suara Surabaya usai Gowes Harmoni yang merupakan serangkaian perayaan Hari Ulang Tahun (HUT) ke-42 Suara Surabaya (SS), Minggu (29/6/2025).
“Ironis ya, Surabaya ini sejak saya kecil, saya besar di sini, ini kota yang gila olahraga. Tapi gila olahraga itu kan di Indonesia ini bisa didefinisikan gemar menonton dan mengomentari olahraga, bukan berolahraga,” kata Azrul yang juga CEO Persebaya Surabaya.
Lalu, dia melihat pandemi menjadi momen penting yang sedikit mengubah kebiasaan masyarakat. Banyak yang mulai berolahraga, meski menurutnya sebagian besar karena ikut-ikutan tren atau Fear of Missing Out (FOMO).
“Saya bersyukur ketika pandemi kemarin, kesadaran masyarakat untuk olahraga jadi melonjak. Walaupun saya paham bahwa mungkin 80 persen mungkin FOMO, tapi minimal kenal olahraga, dan harapan saya sih FOMO atau enggak FOMO, olahraganya dijalanin lah,” lanjutnya.
Lebih jauh, Azrul menyoroti pola pikir masyarakat yang terlalu bergantung pada BPJS Kesehatan tanpa dibarengi gaya hidup sehat.
“Indonesia ini kan enak sebenarnya sudah ada BPJS, tapi kita lupa bahwa Indonesia ini bisa bangkrut gara-gara BPJS. Karena masyarakatnya tidak diajari untuk sehat, tapi diajari sakit itu nggak apa-apa karena gratis. Karena pengobatannya gratis itu kan bahaya, BPJS itu kan menjebak,” ucapnya.
Menurut Azrul, dari olahraga yang konsisten akan muncul kesadaran lain, seperti kepedulian terhadap fasilitas umum dan lingkungan sekitar.
“Kalau kita rajin olahraga, misalnya bersepeda, apa ya lingkungan yang bisa kita bikin supaya ini lebih kondusif lagi? Jadi kita jadi diajak berpikir next step. Kalau kita rajin olahraga, berarti kan badan kita makin sehat, kapasitas mental kita juga makin naik. Kita akan punya kapasitas untuk mikir lebih banyak lagi. Jadi bukan sekadar lebih sehat, tapi ngajak kita mikir apa yang bisa bikin Surabaya ini lebih bikin kita sehat lagi,” papar Azrul.
Fun bike Gowes Harmoni ini dinilanya jadi momentum penting mengajak masyarakat memulai gaya hidul lebih aktif. Azrul, yang dikenal sebagai penggemar sepeda pun mengaku senang dilibatkan.
“Terima kasih kepada SS yang mau ngajak sepedaan juga, karena saya kan penghobi sepeda. Saya tetap ingin olahraga ini berkembang dengan baik, bukan hanya untuk sombong-sombongan, tapi manfaatnya memang banyak. Jadi bahwa SS mengajak sepedaan, saya pasti senang banget,” sebutnya.
Menurut Azrul, ajakan berolahraga yang dilakukan media seperti Suara Surabaya bisa berdampak besar karena melibatkan komunitas dan berbagai lapisan masyarakat.
“SS ini saya merasa harus bisa menjadi part of the show benaran dari masyarakat. Itu berarti melibatkan banyak komunitas, banyak kalangan, segala hal harus mau repot dalam segala hal,” tutupnya.
Senada dengan Azrul, Verry Firmansyah CEO Suara Surabaya menyebut membangun budaya olahraga harus dimulai dari lingkup terkecil. Dia mencontohkan bagaimana dirinya berupaya membangun kebiasaan olahraga di lingkungan Suara Surabaya Media sejak bergabung.
“Saya dari kecil suka olahraga, dan tadi Mas Azrul mau 50, saya tahun ini udah hampir 55. Artinya saya mengajak dalam lingkungan yang lebih kecil dulu. Saya di lingkungan Suara Surabaya begitu saya gabung, saya ajak mereka, mau itu FOMO, tapi kan memulai sesuatu yang baru itu sulit,” katanya.
Kemudian, Verry menceritakan pengalaman pribadi menggunakan olahraga sebagai cara mengelola stres. Sebelum di Suara Surabaya, saat masih di Jakarta, Verry mengatakan saat stess pasti akan mencari event olahraga.
“Karena berlari itu saya bisa teriak. Saya dulu pernah ikut Suramadu, acaranya Mas Azrul. Saya lagi stress di Jakarta, saya minta teman-teman Surabaya, saya belum tahu Suramadu, saya datang ke sini, saya lari 21 kilometer sampai Bangkalan. Di jalan, di jembatan itu saya teriak-teriak. Pulang balik lagi ke Jakarta, udah enak aja,” ceritanya.
Menurut Verry, manfaat olahraga tidak hanya dirasakan secara fisik, tapi juga berdampak besar pada kondisi mental dan produktivitas kerja.
“Banyak manfaatnya dalam setiap kegiatan olahraga, apapun itu. Baik itu ke pekerjaan, dan terutama sih buat badan kita sendiri, itu yang saya rasakan,” tandasnya.(bil/rid)