Jumat, 12 September 2025

BMKG: Banjir Disertai Longsor di Bali Dipicu Curah Hujan Ekstrem

Laporan oleh Risky Pratama
Bagikan
Dwikorita Karnawati Kepala Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) didampingi jajaran Direktur Kedeputian Bidang Klimatologi BMKG memberikan keterangan terkait prakiraan musim hujan 2025-2026 dan perkembangan kondisi cuaca nasional, di Jakarta, Jumat (12/9/2025). Foto: Antara.

Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menyatakan banjir disertai longsor yang melanda tujuh kabupaten dan kota di Bali pada Rabu (10/9/2025) dipicu curah hujan ekstrem dengan intensitas mencapai 380 milimeter dalam sehari, atau setara curah hujan sebulan penuh.

Dwikorita Karnawati Kepala BMKG dalam konferensi pers di Jakarta, Jumat (12/9/2025), menjelaskan bahwa intensitas hujan tersebut jauh melampaui ambang batas hujan ekstrem secara klimatologis yang ditetapkan 150 milimeter per hari.

“Merujuk data curah hujan di Bali normal tidak setinggi itu, tetapi kombinasi faktor regional seperti Madden Julian Oscillation, gelombang Kelvin, dan Rossby ditambah kondisi lokal berupa konvergensi angin dan topografi Bali memicu pertumbuhan awan konvektif masif,” kata Dwikorita dilansir dari Antara.

BMKG mencatat, hujan lebat yang terjadi pada 10 September itu menimbulkan bencana hidrometeorologi basah dengan lebih dari 120 titik banjir dan 18 titik longsor tersebar di sejumlah wilayah Bali.

Dia menegaskan bahwa pihaknya telah memberikan peringatan atas adanya potensi cuaca ekstrem sejak 5 September melalui prospek cuaca sepekan, peringatan dini tiga harian, serta pembaruan harian hingga 11 kali nowcasting sepanjang 9-10 September.

Informasi peringatan dini potensi bencana sudah disampaikan BMKG melalui berbagai kanal komunikasi hingga siaran televisi lokal di Bali dengan harapan dapat segera ditindaklanjuti masyarakat dan pemangku kepentingan di Provinsi Bali.

Meski peringatan telah dikeluarkan, dampak banjir dan longsor tetap meluas dengan menimbulkan korban jiwa serta kerusakan infrastruktur.

Dwikorita menegaskan, peristiwa tersebut menjadi pengingat bagi pemerintah dan masyarakat di daerah untuk meningkatkan kesiapsiagaan menghadapi bencana hidrometeorologi, dan untuk Bali meski kondisi sudah mulai normal tapi masih harus meningkatkan kewaspadaan bencana susulan selama musim peralihan ini dari musim kemarau, sampai puncak musim hujan nantinya.

“Musim peralihan saja sudah begitu bagaimana puncak musim hujan di Bali nanti yang diperkirakan berlangsung Januari-Februari 2026. Lalu Intensitas hujan ekstrem yang semakin sering menunjukkan dampak nyata perubahan iklim yang harus antisipasi bersama,” ujarnya.

Sebagai informasi, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Bali mencatat setidaknya hingga Jumat pukul 06:00 Wita jumlah korban yang ditemukan meninggal dunia akibat banjir besar di Bali mencapai 18 orang.

Adapun korban meninggal dari Kota Denpasar 12 orang, Kabupaten Gianyar tiga, Kabupaten Jembrana dua, dan Kabupaten Badung satu orang. Bahkan di luar 18 korban dari seluruh Bali itu masih ada dua korban lainnya yang masuk daftar pencarian tim SAR gabungan.

BPBD juga melaporkan ada tim petugas gabungan menangani setidaknya 186 pengungsi di Denpasar yang tersebar di enam pos dan di Jembrana 250 pengungsi tersebar di dua pos. (ant/ata/ris/iss)

Berita Terkait

Potret NetterSelengkapnya

Kebakaran Gedung Ex-Bioskop Jalan Mayjen Sungkono

Kecelakaan Mobil di Jembatan Suramadu, Kondisinya Ringsek

Kecelakaan Bus Tabrak Belakang Truk di KM 749 Tol Sidoarjo-Waru

Pajero Masuk Sungai Menur Pumpungan

Surabaya
Jumat, 12 September 2025
28o
Kurs