
Letjen TNI Suharyanto Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) meminta keluarga korban yang baru datang ke lokasi supaya tidak mengganggu fokus petugas, termasuk salah satunya minta diikutkan dalam proses pencarian
Ia menegaskan, tim search and rescue (SAR) gabungan sudah selalu meminta persetujuan dari orang tua/keluarga korban sebelum melakukan pencarian.
“Dan keluarga sudah menyetujui baru kita bekerja. Tapi kadang-kadang dalam setiap bencana kan ada saja pihak-pihak yang baru datang gitu ya. Dia melihat di lapangan itu kok kurang banyak. Kok kelihatannya enggak bekerja dia minta masuk,” katanya saat konferensi pers di Posko BNPB di lokasi kejadian, Sabtu (4/10/2025).
Sekarang, keluarga diminta menunggu di RS Bhayangkara Surabaya atau post mortem tempat identifikasi jenazah korban.
“Sudah disiapkan tempat yang lebih representatif, logistik juga yang memadai, sehingga mungkin di tengah-tengah bencana mereka akan lebih tenang, fasilitasnya lebih memadai dalam melewati hari-hari ketika menunggu identifikasi anggota keluarganya yang masih dalam proses,” ungkapnya.
Petugas di lokasi juga ditegaskannya memaksimalkan evakuasi dengan alat berat. Jenazah yang ditemukan akan langsung diidentifikasi melalui tes DNA yang perlu memakan waktu beberapa hari.
Karenanya, ia minta tak ada keluarga yang mengganggu proses pencarian dengan tindakan-tindakan tak percaya pada aparat.
“Ingin mengambil sendiri, itu sebetulnya justru mengganggu proses pencarian pertolongan yang sudah dilakukan dengan semaksimal mungkin,” ucapnya.
Diberitakan sebelumnya, di lokasi runtuhnya bangunan musala Ponpes Al Khoziny, sempat terjadi ketegangan antara keluarga korban dan aparat. Keluarga ingin membantu proses evakuasi agar bisa lebih cepat. (lta/bil/iss)