BPBD Lumajang mengingatkan warga dan penambang pasir untuk mewaspadai jutaan kubik material Gunung Semeru yang bisa turun sewaktu-waktu, terutama saat terjadi erupsi dan hujan deras.
“Ada jutaan meter kubik material vulkanik Semeru yang menjadi potensi bahaya bagi warga, sehingga kami mengimbau masyarakat dan penambang mematuhi arahan dari petugas,” kata Isnugroho Kepala Pelaksana BPBD Lumajang.
Gunung Semeru memiliki letusan tipe vulkanian dan strombolian dengan karakteristik letusan eksplosif yang terjadi beberapa kali dalam satu jam. Letusan biasanya terjadi dari kawah Jonggring Seloko, yang terletak di sisi tenggara puncak Mahameru.
“Kami terus memantau aktivitas Gunung Semeru melalui koordinasi dengan petugas Pos Pengamatan Gunung Semeru di Desa Sumberwuluh, Kecamatan Candipuro,” tuturnya dilansir dari Antara pada Senin (22/12/2025).
Setiap malam, lanjut dia, terlihat lava pijar menyala turun dari puncak Semeru (Mahameru) dan kondisi tersebut menandakan bahwa tekanan di bawah magma sudah dangkal.
“Status Gunung Semeru masih pada tahap level III atau Siaga, sehingga saya mengimbau masyarakat dan juga penambang pasir untuk mematuhi rekomendasi dari Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG),” katanya.
Masyarakat dan penambang tidak boleh melakukan aktivitas apa pun di sektor tenggara di sepanjang Besuk Kobokan, sejauh 13 km dari puncak (pusat erupsi).
Di luar jarak tersebut, masyarakat tidak boleh melakukan aktivitas pada jarak 500 meter dari tepi sungai (sempadan sungai) di sepanjang Besuk Kobokan karena berpotensi terlanda perluasan awan panas dan aliran lahar hingga jarak 17 km dari puncak.
“Masyarakat juga dilarang beraktivitas dalam radius 5 km dari kawah/puncak Gunung Semeru karena rawan terhadap bahaya lontaran batu (pijar),” katanya.
Ia juga meminta masyarakat mewaspadai potensi awan panas, guguran lava, dan lahar di sepanjang aliran sungai/lembah yang berhulu di puncak Gunung Api Semeru, terutama sepanjang Besuk Kobokan, Besuk Bang, Besuk Kembar, dan Besuk Sat serta potensi lahar pada sungai-sungai kecil yang merupakan anak sungai dari Besuk Kobokan.
Ia menjelaskan, BMKG juga merilis cuaca ekstrem di Jawa Timur sejak 21 Desember hingga 31 Desember 2025 di beberapa kabupaten/kota, termasuk di Kabupaten Lumajang, sehingga masyarakat di sekitar bantaran sungai harus waspada terhadap banjir lahar dingin Semeru.
“Potensi cuaca ekstrem itu dampak aktifnya monsun Asia serta adanya bibit siklon tropis 93S di sekitar Samudera Hindia sebelah selatan Jabar yang berdampak juga di Jatim,” ujarnya. (ant/saf/ipg)
NOW ON AIR SSFM 100
