Abdul Muhaimin Iskandar Menteri Koordinator Pemberdayaan Masyarakat mencanangkan Gerakan Pemberdayaan Disabilitas dalam rangka memperingati Hari Disabilitas Internasional 2025 di Universitas Indonesia, Selasa (2/12/2025).
Langkah ini disebut sebagai komitmen pemerintah untuk memperkuat kebijakan inklusif dan memastikan kesetaraan bagi penyandang disabilitas di seluruh Indonesia.
Dalam pidatonya, Cak Imin menegaskan bahwa peringatan Hari Disabilitas Internasional harus menjadi momentum perubahan.
“Peringatan Hari Disabilitas Internasional bukan sekadar seremoni, tetapi komitmen bersama untuk mempercepat pemberdayaan. Kesetaraan tidak boleh ditunda,” ujarnya.
Ia menyampaikan bahwa terdapat lebih dari 15 juta penyandang disabilitas di Indonesia, dan sekitar 8,5 juta di antaranya masih hidup dalam kondisi miskin. Situasi ini, kata Cak Imin, menuntut hadirnya negara untuk memberikan perlindungan, akses, dan kesempatan yang setara.
“Mereka adalah saudara kita, tetangga kita, rekan kerja kita, bahkan karib kita sehari-hari. Negara wajib memastikan hak dan kesempatan mereka terpenuhi tanpa kecuali,” tegasnya.
Menurutnya, gotong royong sebagai nilai sosial Indonesia harus menjadi fondasi dalam menciptakan pembangunan yang inklusif. Kesadaran kolektif tersebut diharapkan mampu mempercepat kesetaraan bagi kelompok rentan, khususnya penyandang disabilitas.
Cak Imin mengakui bahwa masih banyak kebijakan afirmatif yang harus diperkuat pemerintah. Akses terhadap pendidikan, kesehatan, fasilitas umum, lapangan kerja, dan ruang produktif masih perlu diperluas agar penyandang disabilitas bisa berdaya.
“Pemberdayaan bagi disabilitas berarti membuka kesempatan seluas-luasnya agar mereka bisa mengembangkan potensinya, hidup mandiri, dan berperan aktif dalam masyarakat,” katanya.
Pada kesempatan tersebut, Cak Imin menyoroti pentingnya pengembangan rumah inklusif sebagai ruang kolaborasi komunitas penyandang disabilitas. Ia mencontohkan Rumah Inklusif Kebumen, yang tumbuh dari pengalaman diskriminasi keluarga penyandang disabilitas dan kini berkembang menjadi pusat pemberdayaan.
“Ini saya pakai jaket produk Rumah Inklusif Kebumen. Rumah itu lahir dari semangat mandiri, gotong royong, dan solidaritas,” ungkapnya.
Rumah inklusif tersebut kini bersinergi dengan berbagai pihak, termasuk pemerintah, dalam membuka ruang kreativitas dan ekonomi bagi penyandang disabilitas.
“Rumah inklusif seperti inilah yang harus terus ditumbuhkan. Pemerintah tentu harus memberikan dukungan sebanyak-banyaknya,” tuturnya. (faz/ipg)
NOW ON AIR SSFM 100
