
Sukadiono Deputi Bidang Koordinasi Peningkatan Kualitas Kesehatan, Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Kemenko PMK) Republik Indonesia resmi dikukuhkan sebagai Guru Besar Fisiologi Olahraga, Universitas Muhammadiyah (UM) Surabaya.
Dalam orasi ilmiahnya sebagai Guru Besar, Rektor UM Surabaya tiga periode (2012-2024) itu, mengusung tema “Strategi Buffering Fisiologis Melalui Intervensi Sodium Bicarbonate untuk Daya Tahan dan Performa Atlet”.
Suko sapaan akrabnya mengatakan, olahraga bukan sekadar aktivitas fisik, tetapi sudah menjadi gaya hidup masyarakat modern. Di balik semangat olahraga itu, ia menjelaskan bahwa tubuh manusia tetap tunduk pada hukum fisiologi yang sama, yakni saat intensitas olahraga meningkat, performa fisik memiliki batas.
“Pada intensitas tinggi, tubuh memicu metabolisme anaerob yang cepat memproduksi energi, tetapi menghasilkan ion hidrogen (H⁺) yang menurunkan pH tubuh. Kondisi ini disebut asidosis, yang membuat otot terasa berat, nyeri, dan mengurangi daya ledak,” katanya, Sabtu (23/8/2025).
Dampak tersebut, kata dia, kerap menjadi penghambat performa pada olahraga seperti sprint, renang, sepak bola, hingga basket.
Untuk mengatasi masalah itu, ia mengatakan bahwa tubuh sebenarnya memiliki mekanisme buffering fisiologis melalui sistem bikarbonat, protein, dan fosfat.
Namun, ketika beban latihan sangat tinggi, sistem alami tersebut tidak cukup cepat bekerja. Sehingga, di situlah sodium bicarbonate (natrium bikarbonat) hadir sebagai strategi eksternal.
Hasil penelitian Suko menyatakan, suplementasi sodium bicarbonate mampu meningkatkan cadangan bikarbonat di darah, sehingga mempercepat pembuangan ion H⁺ dari otot dan menjaga kestabilan pH.
“Dengan cara ini, atlet dapat menunda kelelahan, mempertahankan intensitas latihan lebih lama, dan memulihkan tenaga lebih cepat,” ujarnya.
Berbagai studi, lanjut dia, juga menunjukkan manfaat sodium bicarbonate sangat signifikan pada olahraga berbasis metabolisme anaerob, seperti lari jarak menengah, renang, dayung, serta cabang beregu yang menuntut sprint berulang, seperti sepak bola dan basket.
Strategi itu, biasanya dilakukan dengan dosis 0,2 hingga 0,3 g/kg berat badan dan dikonsumsi 1-3 jam sebelum latihan atau kompetisi.
Namun, ia juga mengingatkan potensi efek samping seperti gangguan pencernaan. “Solusinya adalah dengan teknologi seperti hidrogel yang meminimalkan iritasi lambung, atau membagi dosis agar lebih nyaman,” jelasnya.
Ia menegaskan, intervensi sodium bicarbonate bukan sekadar teori, tetapi bukti nyata bagaimana sains dapat membantu atlet mencapai performa terbaik.
“Ini adalah langkah strategis agar olahraga tidak hanya menjadi gaya hidup, tetapi juga prestasi,” pungkasnya.(ris/bil/iss)