Kamis, 4 Desember 2025

Dinkes Catat 985 Kasus HIV di Surabaya Selama 2025

Laporan oleh Meilita Elaine
Bagikan
Nanik Sukristina Kepala Dinas Kesehatan Kota Surabaya saat mengudara di program Semanggi Suroboyo Radio Suara Surabaya, Jumat (2/5/2025). Foto: Dera Eka Candelia MG suarasurabaya.net

Ada 985 kasus Human Immunodeficiency Virus (HIV) atau Acquired Immune Deficiency (AIDS) ditangani Dinas Kesehatan Kota Surabaya mulai Januari hingga Oktober 2025.

Nanik Sukristina Kepala Dinkes Surabaya mengatakan, dari jumlah itu, 52,48 persen di antaranya bukan merupakan warga Surabaya.

“Mengingat akses layanan pemeriksaan HIV di Kota Surabaya yang sudah sangat memadai,” ujarnya, Kamis (4/12/2025).

Capaian kasus tahun ini pun sudah turun 10,03 persen dari tahun 2024.

Nanik menyebut, yang paling rentan terinfeksi HIV/AIDS adalah laki-laki yang melakukan hubungan seks dengan laki-laki, kemudian, pekerja seks perempuan dan pelanggannya, pengguna Napza suntik, ibu hamil, pasien Tuberkulosis (TBC), pasien infeksi menular seksual (IMS) dan warga binaan pemasyarakatan.

“Faktor yang mempengaruhi penularannya hubungan seks bebas tanpa pengaman (kondom), berganti-ganti pasangan seksual, dan pengguna napza suntik,” terang Nanik.

Untuk mencegah HIV/AIDS, Pemkot Surabaya telah melakukan upaya peningkatan edukasi dan kampanye pencegahan penularan HIV pada kelompok usia produktif seperti pelajar SMP, SMA/SMK sederajat, ibu hamil dan calon pengantin.

Ada juga program pencegahan HIV berbasis tempat hiburan malam, panti pijat dan komunitas populasi kunci dengan dilakukan edukasi dan skrining HIV

“Kami memperluas akses layanan kesehatan dengan menyediakan lebih banyak fasilitas yang menawarkan layanan HIV, baik di Puskesmas, Rumah Sakit dan Klinik Berbasis Komunitas yang dilengkapi dengan sumber daya terlatih,” tutur Nanik.

Kemudian rutin skrining HIV pada kelompok populasi kunci seperti lelaki seks lelaki, waria, pekerja seks perempuan, pengguna napza suntik, pasien TBC, ibu hamil dan calon pengantin.

Memberi dukungan melalui konseling agar ODHIV tetap konsisten dalam menjalani terapi ARV, karena kepatuhan pengobatan sangat penting untuk mencegah resistensi obat dan menekan laju penularan

“Kami juga mengoptimalkan peran Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) dalam memberikan edukasi pencegahan HIV dan cara penularannya bagi kelompok populasi kunci,” tutupnya.(lta/kir/faz)

Berita Terkait

Potret NetterSelengkapnya

Perpaduan Macet dan Banjir di Kawasan Banyuurip-Simo

Banjir Menggenangi Sidosermo 4

Kecelakaan Bus Vs Truk Gandeng di Jembatan Suramadu

Perpaduan Hujan dan Macet di Jalan Ahmad Yani

Surabaya
Kamis, 4 Desember 2025
26o
Kurs